Saturday, May 14, 2005

tentang orang-orang nyolot di luar sana

Mood saya hari ini sebenarnya cukup bagus, karena banyak hal yang bisa bikin saya senang, seperti punggung saya yang udah sehat walafiat (ternyata memang cuka keseleo parah), weekend yang sudah ditunggu-tunggu sejak sekian lama akhirnya tiba juga, latihan harmoc berjalan cukup lancar dan ternyata buah latihan piano saya setiap hari sejak Selasa lalu mulai kelihatan, dan akhirnya jalan-jalan cuci mata di Parkway sepulang gereja. Tapi, sayang sekali ada satu hal kecil yang bikin mood saya turun sedikit, dan hari ini saya akan ngoceh tentang hal ini: orang-orang nyolot menyebalkan yang suka cari masalah sama orang asing. (asing dalam arti orang yang tidak dikenal -- strangers, bukan foreigners)

Ciri-ciri si Nyolot: usia setengah baya atau ke atas, air muka keruh, diperkirakan selalu menghadapi kehidupan dengan sinis, berlidah tajam (namanya aja nyolot), menganggap anak-anak muda sebagai tengik dan sampah masyarakat, galak terhadap siapa saja termasuk orang yang tidak dikenal, suka cari masalah dan mencari kesalahan orang.

Tadi dengan riangnya saya, Dwee dan Vidi pulang ke hostel naik bus dari Parkway. Busnya penuh dan kami nggak dapat tempat duduk, tapi kami tidak peduli dan dengan riangnya nonton tv mobile. Keriangan ini berhenti saat saya dan Vidi dihardik oleh si Nyolot dengan bentakan, "Move to the back lah! Don't just stand there and watch TV!!"

Dengan kaget, agak sebel, tapi masih mempertahankan kesopanan dan norma susila, kami langsung mengerut minta maaf dan minggir ke samping. Terus ada tempat duduk, jadi kita duduk lor... Just our luck... si Nyolot duduk di belakang kita sambil nggerumbel sendiri dengan volume suara normal, "Like your studio like that... Just go home and watch TV lah!"

Halo?! Kita kan udah minta maaf! Mungkin emang kita sedikit menghalangi jalan, tapi kan busnya nggak penuh dan yang paling penting... dia memperlakukan kami seakan-akan kami SAMPAH MASYARAKAT. Nggak ada sopan-sopannya sama sekali. Bikin SEBAL. Lalu... saat kami turun bus, dia masih melototin kami. Dan dengan gagah Vidi melototin dia balik. HORE! Salut, Vidi!!

Apa, apa yang salah dengan dunia sehingga melahirkan orang-orang ngeselin macam ini? Dengan sukses si Nyolot telah merusak kesenangan kami semua, menambahkan lingkaran kerunyaman di dunia yang udah stress berat dan penuh orang tidak bahagia ini.
Pengalaman ini membuat kami mengingat-ingat si Nyolot-Nyolot lain yang kami temui di Singapur. Lucunya, banyak Nyolot-Nyolot ini adanya di bus umum, dan biasanya mereka nyolotin kami gara-gara ngalangin jalan.

Dulu ada kakek-kakek nyolot yang ngebentak saya di bus gara-gara berdiri dekat pintu kluar (Don't stand there blocking the door! !@#$%^%&@ -->makian kasar yang saya udah lupa,... abis kejadiannya udah lama, lagian hal kayak gini juga nggak ada gunanya diingat). Dwee juga cerita dulu ada tante-tante setengah baya nyolot yang ngebentak dia dan classmatesnya padahal mereka ngehalangin jalan aja nggak.

Lalu ini paling seru, kejadiannya waktu saya masih Sec 3, lagi mau ke sekolah. Semua orang ngantuk, bus sarat akan anak-anak sekolah... Seorang preman nyolot di dalam bus (yang ini akut...) yang membentak si sopir yang gak jalan padahal lampu udah ijo.

Dia membentak sopir dengan suara super kenceng dan galak, sambil menghantam kaca bus dengan tinjunya, "HEY!!! WALK LAH!!!"

Semua orang hening seketika.

Suasana bus mencekam.

Sopir menurut dan menyetir dengan patuh. Semua anak-anak sekolah mengerut ketakutan. Nggak ada yang berani mencela kesalahan pemakaian kata si preman (duh... bisa digorok). Kalau saya jadi orang yang duduk di sebelah sang preman, pasti rasanya udah mau pingsan. Tapi saya salut sama orang yang duduk di sebelah sang Nyolot. Walaupun air mukanya jadi sedikit pucat, masih tetap tabah tak bergeming.

Bus stop berikutnya yang kebetulan udah RGS, kami semua langsung kabur dengan lega, Banyak orang lain yang turun juga, saya suspect mereka juga mau kabur doang.

Sungguh pagi yang dramatis.

Saya masih pengen cerita tentang si satpam VH yang nyolot, tapi mungkin lain kali. Kayaknya entry yang ini udah kepanjangan...

0 Comments:

Post a Comment

<< Home