Tuesday, June 07, 2005

tak bisa bahasa Cina

Saya terserang virus musiman. Bukan flu, pilek atau semacemnya. Bukan juga virus komputer. Tapi virus malas. Heran! Mualesnya luar biasa seperti kucing siam, mentang-mentang saya ada di Indo dan remote control tv jadi kekuasaan saya, dan saya bisa menikmati ruangan ber-ac selama saya mau. Badan mulai melar, karena tiap hari makan enak, ngaso di sofa di depan tv atau komputer, sambil ngelus-ngelus Brownies si anjing. Bahkan blogging juga jadi males. Enak banget, rasanya Singapur, mid-year exam, A level, semuanya rasanya jauuhhh banget dari Pulau Jawa. Dan alangkah bahagianya, semua orang di sini ngajak saya ngomong Indo bukan Mandarin.

Suka kesel sendiri, lebih dari setengah orang asing yang ngomong sama saya di Singapur itu memulai percakapan dengan bahasa Cina. Tampang Cina saya memang menipu. Bukan siapa-siapa yang ditipu sih, karena saya memang Cina tapi berapa kali harus saya jelaskan, saya tidak bisa bahasa Cina.

Maka suatu percakapan tipikal berlangsung seperti ini:

Orang asing: blah blah blah chung chang ching chung ma?
Saya: Oh sorry I don't speak Chinese.
Orang asing: Oh ok. What time is it?
Saya: 3.15pm
Orang asing: Why don't you speak Chinese? Are you Singaporean?
Saya: No.
Orang asing: So where are you from?
Saya: Indonesia.
Orang asing: Ohh, Indonesia (manggut-manggut) Are you Chinese?
Saya: Yeah I am.
Orang asing: How come your parents never teach you how to speak Chinese?
Saya: They also don't know how to speak Chinese.
Orang asing terlihat sedikit kesal, sangat sedih, kasihan, terharu dan prihatin.
Orang asing: So learn how to speak Chinese..!
Saya: (mengangguk-angguk sopan)

Aarrghhh!!!

Sungguh, percakapan itu pernah terjadi dengan seorang tante-tante yang ngantri ATM di belakang saya.

Sungguh, mereka itu susah sekali menerima kalau memang banyak Indonesian Chinese yang tidak bisa ngomong Cina.

Hampir 4 tahun, saya bisa sih menangkap sedikit-sedikit. Gimana nggak, setiap hari ngantri di depan kantin sekolah yang selalu dengan ramahnya siap melayani dan ngajak ngobrol murid-murid Chinese,... dengan bahasa Cina tentu saja. Saya capek kalau tiap hari harus bilang saya tidak bisa ngomong bahasa Cina, lalu mengulang percakapan di atas. Jadi saya sering pura-pura bisa bahasa itu, walopun saya tetap nggak berani ngomong apapun kecuali xie xie (terima kasih).

Penjual makanan: Xiao jie, ni yao shenme? *
Saya: (menyerukan nama makanan dalam bahasa Inggris, seperti fishball noodle atau semacamnya)
Penjual makanan: shenme mian? **
Saya: (menunjuk mie yang saya mau)
Penjual makanan: ni yao la ma? ***
Saya: (mengangguk-angguk antusias)
Penjual makanan: blablablablablablabla ****
Saya: .............

*nona, anda mau apa?
**mie yang mana?
***mau cabe apa tidak?
****obrolan sederhana, seperti: wah hari ini rame banget / sori ya mesti tunggu agak lama / cuaca hari ini cerah ya. Tapi pengetahuan bhs Cina saya terlalu terbatas untuk ini.

(Kalau saya mau bilang 'sorry i don't speak Chinese', apa yang akan terjadi? Jadi biasanya saya cuma senyum-senyum, ambil makanannya, bayar terus langsung kabur. Kadang juga diselamatkan oleh teman yang fasih berbahasa Cina yang mengantri bersama.)

Terus saya juga jadi nggak bisa baca komik. Kesal sekali, Singapur adalah surga komik tapi mengapa, oh, mengapa, semuanya bahasa Cina?? Komik bahasa Inggris sih ada tapi mahalnya minta ampun dan persediaan terbatas sekali... Menyebalkan sekali... Saya ingin bisa bahasa Cina...

0 Comments:

Post a Comment

<< Home