Under No Roof ternyata menyenangkan!
Haha, jadi menyesal sama entry saya sebelumnya yang sibuk menghujat-hujat Under No Roof. Memang sih, acaranya jayus apalagi untuk dihitung sebagai community service. Pokoknya tujuan acara ini supaya kita bisa ngerasain jadi orang miskin yang nggak punya rumah. Dan ternyata amazing race-nya bukan cuma keliling lapangan terbuka, kok. Mungkin sekitar radius beberapa kilo dari situ, semuanya mesti ditempuh dengan jalan kaki... Makanya capek bukan main, jalan sampai kaki rasanya mau patah. Apa lagi anggota grup saya cewek semua jadi kalau bawa barang-barang berat kayak koran juga nggak bisa ngomel-ngomel.
Setiap tugas mempunyai makna mulia yang mendalam dan berarti dibaliknya (itu kata mereka). Saya nggak ngerti itu berhasil apa tidak.
Tugas pertama, kita mesti ngumpulin koran dari HDB blocks, ngetokin rumah orang satu-satu untuk minta koran-koran sisa. Tujuannya mungkin buat niru tukang loak..? Tapi yang paling aneh adalah tugas untuk stoning. Membatu beneran, mata kita ditutup pake kain, terus disuruh berlutut atau jongkok selama setengah jam di rerumputan di bawah matahari, nggak boleh ngobrol, nggak boleh ngapa-ngapain dan harus diam saja. Alasannya karena banyak orang miskin yang nggak punya perkerjaan, jadi mereka cuma bisa diam di rumah. Terus digelapin karena mereka nggak ada listrik di rumahnya. Kita juga berlutut dan jongkok supaya merasa tidak nyaman karena orang miskin banyak yang nggak punya kursi di rumahnya. Ini sedikit tidak masuk akal karena menurut akal sehat kamu orang miskin akan duduk di dalam rumah bukannya berjongkok..! Lalu mereka kan bisa juga ngobrol satu sama lain. Nggak enaknya sih gara-gara panas banget, sampe bisa merasakan bagaimana matahari pelan-pelan membakar betis belakang saya. Kesemutan dan pegel-pegel banget, sampe waktu sudah selesai semuanya tumbang ke tanah.
Buat makan siang, antriannya dibikin kayak model dapur umum gitu, dan makanannya sangat-sangat sederhana yaitu roti tawar, pisang dan biskuit. Sampe susah ditelen karena semua rasanya kering banget, kecuali pisang. Pisang jadi terasa kayak makanan paling enak sedunia. Terus yang paling menyebalkan adalah mencari kacang ijo yang ditaburin di petak rumput. Apa tujuannya? Buat meniru pemulung sampah. Kecil banget gitu, terus sama-sama ijo gimana mau ketemu coba? Lumayan bikin frustasi, setelah merumput 10 menit cuma 3 biji kacang ijo yang ketemu. Habis waktu kita ngaduk-ngaduk rumput yang ketemu malah serangga-serangga dari semut, belalang sampe siput tapi kacang ijonya nggak ada satu pun.
Terus setelah selesai amazing race kita berusaha bikin rumah kumuh dari koran dan kardus dan apa pun yang bisa ditemuin selama race tadi. Terus setelah rumahnya dinilai, baru acaranya selesai. Setelah pengumuman selesai rumahnya kita ancurin dan sampahnya dibuang. Hancur hati ini melihat rumah kardus bobrok yang dibangun mati-matian selama hampir 2 jam, dihancurkan dengan mulus dan cepat dalam 5 menit. Walopun rumahnya jelek (pengap karena kita nggak bikin jendela) tetep aja sayang. Grup-grup lain rumahnya banyak yang keren soalnya banyak ide aneh kayak bikin korden dari sobekan koran sampe menaburkan bunga di atas rumahnya.
Pemenang acara ini dapet tiket gratis ke Sri Lanka untuk bantuin bikin rumah buat korban-korban tsunami. Makanya sejujurnya kita merasa untung nggak menang. Malah grup yang menang rasanya nggak terlalu senang tuh...
Nggak tau sih objektif acara ini berhasil apa tidak. Banyak orang-orang yang mikir betapa useless-nya acara kayak gini dan mereka kapok banget. Bahkan banyak grup juga yang kabur setelah race-nya. Dan setelah seharian mengalami kemiskinan,... malemnya langsung kembali kepada kemewahan dengan jalan-jalan ke Orchard (masih dengan baju bau kami) dan makan ban mian... Jadi merasa tidak enak sedikit...
Overall saya nggak keberatan sih ikut Under no Roof soalnya acaranya aneh banget. Kapan lagi bisa ikut acara sejayus ini?
0 Comments:
Post a Comment
<< Home