Thursday, January 19, 2006

tentang media massa - part 2

Saya beruntung mempunyai orangtua dan teman-teman yang semuanya hobi nonton bioskop. Dan ada banyak yang bisa ditulis mengenai film-film yang belakangan ini saya berhasil tonton di bioskop.

Kingkong... Yaahh, bukannya jelek sih. Tapi menurut saya, filmnya kelewat panjang. Dan meliputi terlalu banyak tema. Peter Jackson sutradara hebat, tapi kelewat berlarut-larut. Separuh jalan saya mesti mengingatkan diri sendiri, film yang saya tonton itu bukan Chicago (perjuangan seorang artis), bukan juga Titanic (kisah cinta di kapal... dan kapal yang menabrak karang), lalu sekonyong-konyong berubah jadi kisah orang-orang purba kejam (er... The Flinstones?). Terus, bukan juga Jurassic Park (kisah perjuangan melawan dinosaurus). Baru pada setengah film terakhir kami yakin kami nonton Kingkong. Jadi, itu film, bukan jelek, tapi, terlalu ambisius.

Bagaimana pendapat anda mengenai film yang bukan dalam bahasa ibu para aktornya? Belakangan ini saya menonton 2 film yang demikian, jadi bisa dibahas.

The Promise. Salut, aktor Korea dan Jepang berbahasa Cina dan main film. Sayangnya saya belum bisa bahasa Cina jadi tidak bisa melihat bahasa mereka jago atau tidak. Yang patut disayangkan adalah filmnya sendiri, yang berusaha menjadi kisah cinta yang super dramatis dan mendayu-dayu, tapi akhirnya malah terlihat agak... goblok. Saya beri contoh! Adegan penyelamatan gagah berani Cecilia Cheung oleh Jang Dong Gun, yang menggambarkan si cowok berlarian riang gembira di atas atap, pake tali tambang menarik sang gadis (dalam kostum penuh bulu yang ribet) yang terbang dan terpekik-pekik penuh kebahagiaan beberapa meter di atasnya. Angin berderu kencang, bulu-bulu putih lembut beterbangan. Diharapkan menjadi adegan romantis yang meledakkan perasaan haru biru. Menurut saya, kayak orang sedeng main layangan.

Memoirs of a Geisha. Secara keseluruhan film ini bagus, penuh perasaan, dan plotnya yang memang rada lambat tidak membosankan. Hanya saja sayang bahasa Inggris pada pemain yang rada-rada kaku. Sebenarnya aneh juga melihat mereka mengucapkan salam-salam (selamat pagi, siang etc) pake bahasa Jepang, tapi bercakap-cakap sedikit tertatih-tatih pake bahasa Inggris. Setiap saya melihat trailer film ini di tv, pasti saya merasa tidak nyaman ketika mendengar Zhang Ziyi, separuh mengeden, separuh berteriak, "I want a life that is mmMMINE!!!". Menjadi nilai kurang film yang otherwise cukup bagus. Hmm, tapi sebenernya saat anda menonton sendiri filmnya secara penuh, akan tidak merasa aneh lagi, karena sudah terbiasa mendengarkannya di seluruh film. Tentu saja ada juga aktor-aktor berbahasa Inggris bagus, seperti Michelle Yeoh (duh she's Malaysian), Chairman dan Nobu-san. Makanya, alangkah bagusnya kalau bahasa Inggris semua pemain seperti itu, lancar dan tidak kaku, tapi tetap beraksen Asia.

Menonton bioskop adalah kegembiraan tersendiri. Menambah pengetahuan dan anda lebih bisa menikmati keindahan film secara maksimal.

1 Comments:

Blogger laura tj said...

km tau ga, aku merasa subtitle begitu dibutuhkan wkt ntn geisha! sgt setuju, inggrise pelo2 gt & rodok angel ditangkep, lagian nek tak bilang agak bertele2 ya keja inti cerita seng sebenere simple.

5:57 AM  

Post a Comment

<< Home