brownies sakit
Lihat anak manis dan imut ini? Ini adalah anjing kami, Brownies. Dilihat dari gambar dengan suasana temaram ini, memang seperti malaikat kecil, tapi pada kenyataannya tingkahnya seperti setan cilik. Menandak-nandak lincah tidak karuan, besar mulut dan ribut, dan dan tingkah-polahnya bikin satu rumah pusing. Tapi manjanya tidak karuan, juga bikin hati kami semua luluh.
Makanya kami semua kebingungan setengah mati tatkala di suatu malam yang dingin, hari Jumat yang lalu, anjing yang biasanya heboh ini tiba-tiba berubah 180 derajat jadi muram, pendiam, dan kemayu. bahkan bokap saya, yang biasanya galk sama dia, jadi terenyuh juga karena kasihan. Hati ini rasanya pilu melihat bocah nakal ini tiba-tiba kalau jalan pelan sekali, buntutnya lemes ke bawah, dan jadi pendiam sekali. Naik ke atas kursi saja tidak kuat, palingan berdiri dengan 2 kaki, sebelum "Ngiiikk..." kesakitan dan turun kembali. Naik tangga juga jadi pelan sekali, klunuk... klunuk... seperti itu. Padahal moncongnya tetap basah, dan makannya juga masih lahap. Kencing juga lancar-lancar saja. Ternyata kaki belakangnya sakit! Apalagi menunjang badannya yang gembrot. Kenapa? Osteoporosis? Nggak kok, minum susu tiap hari. Rematik? Kayak orang tua? Keseleo? Maka (dengan merasa agak bodoh) kami usap-usap kakinya dengan minyak angin.
Maka Minggu pagi kami melarikan anjing ini ke dokter hewan. Rupanya, kata dokter, syarafnya yang kena. Usianya sudah tidak muda lagi memang, 7.5 tahun, yang equivalent dengan orang berusia 52.5 tahun. Ternyata sudah encim-encim ini anjing. Makanya kalau orang tua mulai kena rematik dan pinggulnya mulai pegel-pegel, anjing juga sama. Penyakit ini rupanya lazim buat anjing-anjing yang badannya panjang (kayak Brownies yang separuh anjing tegel), semua kaki belakang dan pinggul (apakah anjing punya pinggul?) jadi lemes. Tentu suatu penderitaan mendalam, apalagi bagi anjing hiperaktif kayak punya kami.
Tapi sekarang, walaupun baru minum obat beberapa kali, Brownies sudah mulai sembuh!! Gongxi! Gongxi! Gongxi!!! Tenaga kakinya belum pulih 100%, tapi dia sudah lancar berlari-larian dan nekat naik kursi (walaupun ambil ancang-ancangnya lebih lama karena pasti masih terbesit sedikit rasa keraguan). Dan tingkahnya sudah kembali kayak iblis kecil. Insiden ini mengingatkan kalau Brownies sudah tidak muda lagi. Sudah encim-encim. Untung saja dibawa ke dokter sebelum terlambat. Mungkin saja suatu hari kakinya akan kumat-kumat lagi. Tapi saya percaya Brownies akan tabah mengatasinya.
Ngomong-ngomong, ada satu hal yang bikin saya penasaran: apakah anjing punya udel (pusar, belly button)? Ada yang bisa membantu menjawabnya? Kalau ada, di sebelah mana? (ehem. Jelas di bagian deket-deket perutnya ya) Saya kok tidak menemukannya di anjing saya? Pembaca yang punya anjing, tolong cek anjing anda dan beritahu saya.
Oh ya, terakhir, saya mau rekomendasi dokter hewan hebat dan tersohor yang dengan lihai berhasil menyembuhkan anjing saya. Diam-diam ini dokter sudah terkenal dan jadi langganan para pemilik anjing-anjing di kawasan Jakarta Barat:
dr. Mounty
Jl. Tanjung Duren Utara 10
Jakarta Barat
(rumahnya di pinggir kali)
0 Comments:
Post a Comment
<< Home