Saturday, May 27, 2006

nostalgia: potterisasi

Saya jadi teringat kejadian dari tahun lalu, saat Harry Potter ke-6 baru saja keluar dan seluruh muka bumi heboh. Jadi ingat, buku itu keluar sekitar bulan Juli (apa Juni?), dan suasana mulai menghangat bagi kami para pelajar yang akan menghadapi ujian besar 'A' level di akhir tahun. Saya dan teman-teman dekat sudah membuat vow yang amat sangat solemn: tidak akan baca Harry Potter 6 sebelum A level selesai!

Tapi, badai spoiler menerjang! Badai spoiler tentang siapa yang mati di buku ke-6 mulai menerjang, seiring hebohnya launching buku tersebut. Selang beberapa hari, hampir semua teman-teman saya sudah tahu spoiler tersebut, padahal mereka belum baca bukunya.

Mengapa demikian? Well, topik Harry Potter ini sudah jadi buah bibir di sekolah, di hostel, dan di mana saja. Majalah-majalah besar seperti Time dan Newsweek saja mengutarakan spoiler tersebut. Para blogger yang sudah baca mewartakan spoiler tersebut juga. Teman-teman yang sudah baca lidahnya gatel pingin memberitahu yang belum baca. Teman-teman yang belum baca tapi sudah tahu spoilernya, merasa sakit hati, sehingga ingin menyebarkan kesakit-hatian itu kepada orang-orang yang belum tahu.

Seorang teman dari TJC bercerita dengan sedih, "Gw udah tau siapa yang mati di buku ke-6..."

"Hah, kok bisa..?" tanya kami yang prihatin.

Rupanya, form teacher kelas dia pagi-pagi masuk kelas dan langsung berpidato, "Today I don't want to hear people talking about..." lalu dia mulai menulis di whiteboard.

1. Harry Potter
2. Albus Dumbledore.

Sekelas gempar marah. Spoiler!!!

Seorang classmate bercerita dengan sedih, "Gw udah tau siapa yang mati di buku ke-6..."

"Hah, how come..?" tanya kami yang prihatin.

"My stupid bro.. he read alrd, then he got excited... told me the whole story... told me who died... I was so angry I went and hit him. Then my mum scold me."

Para pendengar nelen ludah prihatin.

Tapi saya super hati-hati dan selalu menutup kuping atau jadi galak kalau-kalau ada yang ingin membocorkan spoiler tersebut. Alhasil, saya boleh membusungkan dada, "Sampai sekarang gw blom tau sapa yang mati di Harpot 6!!"

Tanpa terasa 3 minggu berlalu, dan badai Potter mulai mereda. Minat orang-orang untuk membicarakan tentang Harpot dan juga menyebarkan spoiler pun berkurang drastis, dan saya mulai menurunkan kewaspadaan.

Saya ingat, hari itu lecture physics yang anteng, kami sekelas mencatat pelajaran dengan ngantuk. Suasana tergolong sunyi, kecuali suara lecturer, tentunya.

Tiba-tiba, tanpa peringatan, tanpa rambu-rambu, seorang classmate iseng nyeletuk, "Dumbledore dies."

"Aaaarrrgghhh!!!!!" Saya dan seorang teman sekelas lain yang juga menjadi korban kontan menggeram penuh angkara murka.

"Hehehe. Oh kalian belum tahu toh?"

"$%^^&(*&%$#"

Pada akhirnya, badai spoiler pun tetap mencapai saya. Sedih.

0 Comments:

Post a Comment

<< Home