Wednesday, May 31, 2006

iseng sahaja

Sebenarnya hari ini tidak ada any particular topic untuk dibahas... hanya iseng saja.

Sudah menerima my jobless state dengan tangan terbuka. Seperti kata K Harwin, "mendingan elu slacking aja sekarang, lu masih punya 40 tahun ke depan buat kerja.". How thoughtful. Hehehe.

Rencana hidup ke depan:
1. kehidupan seorang cendekia. Ke Kinokuniya baca komik + ke library.
2. kehidupan seorang seniman. Lebih sering gambar-gambar dan update doodlology.
3. kehidupan couch potato. Nonton Big Brother, main game, nonton film, anime dll.
4. kehidupan seorang penjelajah. Crown St, Bondi, Glebe, dll dll dll.

Jadi, demi tujuan hidup no. 2, saya spent hari ini dengan mencoba belajar Adobe Illustrator sendiri. Heh! Susahnya! Apalagi dengan problem tambahan dari komputer saya yang apparently terlalu kuno / lambat / telmi buat Illustrator... waktu saya sedang sibuk berkutat-kutat, tiba-tiba *pop*, window Illustrator lenyap begitu saja, dan hilanglah sudah jerih payah tadi. Tadi waktu saya coba run program itu lagi, secara ajaib fungsi layer lenyap begitu saja. Seperti robot saya sudah berulang-ulang Window, Layer, Window, Layer, berulang-ulang... tetap tidak bisa. How am I supposed to function tanpa layer? Saya ingin pensil warna krayon cat air cat poster..! Males beli... pasti mahal pula...

Then percakapan msn yang menyenangkan dengan Vidi, Dwee, Cindy. I miss V Hall!! Coba direwind ke tahun lalu, saya bisa ke kamar mereka ngobrol berjam-jam, bukan semata-mata mengetik di depan komputer seperti ini. Oh, btw, V Hall punya block! Di http://victoriahall.awardspace.com . Silakan kunjungi.

Dari blog Yiwei saya jadi teringat ada anak VJ (berarti angkatan junior) yang bunuh diri 2 bulan lalu, mungkin alasannya stress belajar dan sedih nilai jelek. Tentu hal yang sangat menyayat hati, tapi seriously, ini terjadi hampir setiap tahun (seluruh Singapur, nggak cuma VJ). Tapi Yiwei bilang ada tertulis di koran ada anak JC bunuh diri karena alat kelamin terlalu kecil. Heh? Ini baru aneh. (Semoga itu bukan yang VJ...) Sungguh alasan janggal buat bunuh diri...

Satu lagi yang fishy, tahu dari mana kalau orang itu bunuh diri gara-gara alasan itu? Hal-hal seperti ini, saya tidak habis pikir.

I want to get into uni faster!!!

Saturday, May 27, 2006

nostalgia: potterisasi

Saya jadi teringat kejadian dari tahun lalu, saat Harry Potter ke-6 baru saja keluar dan seluruh muka bumi heboh. Jadi ingat, buku itu keluar sekitar bulan Juli (apa Juni?), dan suasana mulai menghangat bagi kami para pelajar yang akan menghadapi ujian besar 'A' level di akhir tahun. Saya dan teman-teman dekat sudah membuat vow yang amat sangat solemn: tidak akan baca Harry Potter 6 sebelum A level selesai!

Tapi, badai spoiler menerjang! Badai spoiler tentang siapa yang mati di buku ke-6 mulai menerjang, seiring hebohnya launching buku tersebut. Selang beberapa hari, hampir semua teman-teman saya sudah tahu spoiler tersebut, padahal mereka belum baca bukunya.

Mengapa demikian? Well, topik Harry Potter ini sudah jadi buah bibir di sekolah, di hostel, dan di mana saja. Majalah-majalah besar seperti Time dan Newsweek saja mengutarakan spoiler tersebut. Para blogger yang sudah baca mewartakan spoiler tersebut juga. Teman-teman yang sudah baca lidahnya gatel pingin memberitahu yang belum baca. Teman-teman yang belum baca tapi sudah tahu spoilernya, merasa sakit hati, sehingga ingin menyebarkan kesakit-hatian itu kepada orang-orang yang belum tahu.

Seorang teman dari TJC bercerita dengan sedih, "Gw udah tau siapa yang mati di buku ke-6..."

"Hah, kok bisa..?" tanya kami yang prihatin.

Rupanya, form teacher kelas dia pagi-pagi masuk kelas dan langsung berpidato, "Today I don't want to hear people talking about..." lalu dia mulai menulis di whiteboard.

1. Harry Potter
2. Albus Dumbledore.

Sekelas gempar marah. Spoiler!!!

Seorang classmate bercerita dengan sedih, "Gw udah tau siapa yang mati di buku ke-6..."

"Hah, how come..?" tanya kami yang prihatin.

"My stupid bro.. he read alrd, then he got excited... told me the whole story... told me who died... I was so angry I went and hit him. Then my mum scold me."

Para pendengar nelen ludah prihatin.

Tapi saya super hati-hati dan selalu menutup kuping atau jadi galak kalau-kalau ada yang ingin membocorkan spoiler tersebut. Alhasil, saya boleh membusungkan dada, "Sampai sekarang gw blom tau sapa yang mati di Harpot 6!!"

Tanpa terasa 3 minggu berlalu, dan badai Potter mulai mereda. Minat orang-orang untuk membicarakan tentang Harpot dan juga menyebarkan spoiler pun berkurang drastis, dan saya mulai menurunkan kewaspadaan.

Saya ingat, hari itu lecture physics yang anteng, kami sekelas mencatat pelajaran dengan ngantuk. Suasana tergolong sunyi, kecuali suara lecturer, tentunya.

Tiba-tiba, tanpa peringatan, tanpa rambu-rambu, seorang classmate iseng nyeletuk, "Dumbledore dies."

"Aaaarrrgghhh!!!!!" Saya dan seorang teman sekelas lain yang juga menjadi korban kontan menggeram penuh angkara murka.

"Hehehe. Oh kalian belum tahu toh?"

"$%^^&(*&%$#"

Pada akhirnya, badai spoiler pun tetap mencapai saya. Sedih.

Wednesday, May 24, 2006

tentang masa depan

Waktu kita kecil, memang rasanya nggak usah terlalu mikir... Habis TK, ngapain? Jelas SD. Habis SD? Jelas SMP, dan dilanjutin lagi dengan SMA. Lalu diikuti universitas. Oke, memang kasus saya sedikit lain karena setelah SMA selaam 3 bulan, tiba-tiba saya pasrah digeret ke Secondary School alias SMP lagi, atau mundur selangkah, di pulau mungil negeri seberang. Lalu, habis Sec School? Ya JC... Lalu setelah itu?

Sekarang, tiba-tiba berbagai kemungkinan yang membeludak tiada tara terbuka. Dan saya baru berbicara tentang universitas.

Hampir semua teman-teman seperjuangan saya sedang bingung nan kalut memilih, mau kuliah di mana, mau masuk jurusan apa... mau ngapain... Kadang-kadang, change is scary.

Hari ini, waktu saya genap seminggu sebelum deadline menerima tawaran masuk NUS. Hati sih sudah lumayan bulat, itu tawaran saya bakal tolak, karena saya mau melihat dunia (cieh) di luar Pulau Singa.

Di benua kangguru ini, saya belum ada kepastian yang jelas sama sekali. Application process masih terbuka, dan offer entah baru datang kapan. Jadi, apabila saya menolak NUS, itu berarti saya end up dengan tidak ada tawaran universitas sama sekali.

Kenapa saya menolak NUS? Well, selain alasan ingin melihat dunia itu, saya juga sangat concerned dengan kemungkinan tinggal di Pulau Singa selama sepuluh tahun ke depan, berarti hampir umur 30. Selain pendidikan uni 4 tahun, ada ikatan kerja 6 tahun sebagai ganti pembayaran tuition fees uni! Perjanjian yang kurang menguntungkan, eh? Saya tidak siap jadi orang Singa.

Ketiga, course yang saya dapat di NUS adalah engineering science, yang saya tidak terlalu mengerti apa isinya, tapi terlihat sangat.. sangat.. sangat seperti ilmu dewa tingkat tinggi dengan pelbagai vocab mengerikan seperti nanotechnology... eek... tidak ingin...

Saya setuju banget dengan Dwee, whatever your dreams, pursue it. Jangan asal masuk course yang tidak diinginkan dan menyesal di kemudian hari.

For all pple in the same situation, keep your spirits up. Good luck in choosing.

Monday, May 22, 2006

tentang kehidupan unggas

Burung-burung di sini sangat makmur. Mereka gendut, lamban, dan tidak takut manusia. Burung-burung di Indonesia, in contrast, kurus, lincah, dan nyaris tidak pernah kelihatan.

Saya duduk-duduk di park sambil makan... tiba-tiba seekor burung nimbrung dekat sekali, tidak sampai satu meter. Saya pelototin. Si burung tenang-tenang saja. Saya pingin mendekati, tapi tidak begitu berani (loh, orang lebih takut dari burung daripada burung takut sama orang). Si burung tetap saja berdiri dengan angkuh, tak bergerak sedikit pun. Saya mikir, coba di Indonesia, pasti sudah dibedil.

Populasi burung yang makmur di sini, menjadikan mereka begitu bahagia, hidup aman tenteram, tidak pandai membela diri, besar mulut (berkoak-koak), manja dan suka minta makan sama manusia. Sungguh berbeda dengan populasi burung di negara asal kita yang begitu waspada dan lincah, malah paranoid. Apakah salah kita mengganggu kehidupan lingkungan alam seperti itu? Atau malah seharusnya memang kita mendidik mereka jadi makhluk waspada (supaya tidak gampang punah)?

Why am I posting about birds?

Tuesday, May 16, 2006

tindakan impulsif sehabis mandi

Tadi saya mandi keramas. Lalu, saat melihat ke cermin sambil menghanduki rambut, saya berpikir, uh. My hair sucks.

Catwoman melakukannya. Jason Bourne melakukannya. Jadi... kenapa tidak?

Jadi, dengan anteng saya berjalan ke kamar, ambil gunting rambut, menyingkirkan karpet, dan langsung menggunting rambut habis-habisan (mumpung rambutnya masih basah). Sungguh tindakan impulsif. Saya tidak tahu saya punya keberanian macam itu. Dengan pengalaman motong hampir nol, tidak pernah sekalipun saya melakukan suatu major haircut, sendirian; tanpa bantuan maupun saksi mata, tanpa kaca belakang.

15 menit dan bergenggam-genggam rambut kemudian...

Selesai. Saya takjub dan sedikit seram. Nasi sudah jadi bubur. Tapi apa yang sudah dipotong tidak bisa dilem kembali.

Saya meng-vacuum bekas-bekas rambut yang berantakan dalam diam.

Gunting saya harganya haya S$3, dibeli dari suatu pasar kutu (flea market). Never did the pair of scissors fail me once before.

Lumayan lah... hemat uang. Habis, kalau ke salon, mahal sekali...

Monday, May 15, 2006

doodlology

Jadi... saya membuat sebuah blog lagi, karena saya makin gemar menyorat-nyoret. Kalau ada waktu silakan mampir.

So... I made another blog, cos I like doodling more and more. If you all got time, please pay a visit.

Here's the link:

Doodlology

Saturday, May 13, 2006

aih! end of fashion!

Bukan, post kali ini bukan akhir dari dunia design pakaian (fesyen, menurut bahasa kita) tapi End of Fashion adalah sebuah band indie dari Australia yang saya suka. Nade lagu-lagunya yang girang gembira bener-bener cocok sekali di kuping. Vokalis band tersebut memiliki suara tinggi sedikit melengking yang tidak kalah dengan suara cewek, dan tidak fals, dan dia nyanyi penuh semangat sampai keringetan.

Dan kemarin, saya dan big sis nonton konser mereka di Metro Teather. Aih!!!! Pengalaman menonton konser itu sangat berkesan! Menonton musik hidup (live music) benar-benar menyenangkan, semangat penyanyinya, yang diamplified dengan mic dan sound system yang bikin budek, benar-benar sampai ke penonton, yang lalu ikut berlonjak-lonjak girang.

Opening act mereka, Van She, dan The Cloud Room, juga lumayan menggirangkan suasana.

Saya keluar dengan kuping bertalu-talu. Heran, penyanyi-penyanyi itu kok tidak rusak ya kupingnya, hingar-bingar adalah makanan sehari-hari mereka...

I came in a fan, I came out a fanatic!!

Ini adalah link myspace End of Fashion untuk anda, silakan dicuba beberapa lagu mereka. Saya meramalkan, suatu hari nanti, band ini akan menjadi besar. Buesaarr.

Wednesday, May 03, 2006

tentang nama saya

Saya suka nama saya yang tidak terlalu pasaran. Tapi, kadang-kadang sebel juga. Kebanyakan orang Indonesia salah pronounce / spell nama depan saya, kebanyakan orang non-Indonesia (eh, semua) salah pronounce / spell nama belakang saya.

Suatu perbincangan di telepon tentang nama depan:

Penjaga toko kacamata: Halo, bisa bicara dengan Bapak Alce? *
Saya
: (bingung) Di sini nggak ada yang namanya Bapak Alce. Salah sambung?
Penjaga: Lho... no. telponnya 5******?
Saya: Bener..! Tapi di sini nggak ada tuh...
Penjaga: Waktu itu yang pesan kacamata..?
Saya: (naik pitam dan tersinggung) Ooooo!!!! Itu saya!!! Nama saya Alice!!
Penjaga
: ............... (merasa malu?)

* 'Al' as in 'Alladin'. 'ce' as in 'cepetan'. Ucapkan kedua suku kata itu dengan sedih.


Suatu perbincangan di kelas VJC tentang nama belakang:

Classmate: So, how do you pronounce your surname?
Saya
: Come, I teach you... My name uses Indonesian's old way of spelling. Very easy one.
(mulai menulis: tj = c, dj = j, j = y)
Classmate
: ........
Saya: So, how do you pronounce my name now?
Classmate: Alice......... jajajajaja.
Saya: ......... (males sama nih orang)

That's what makes it unique, though...