Thursday, July 28, 2005

tentang bahas yang mendebarkan

Semalam kami menonton Bahas 4pm 2005 (VJC lawan Madrasah Wak Tanjong Al-Islamiyah), yang bakal ditayangkan di Suria hari Ahad mendatang pukul lapan setengah petang. Sebenarnya jujur sahaja, sebelumnya saya agak yakin saya akan berasa sedikit bosan. Ai, ternyata tak juga la! Malahan hujah-hujah yang dikemukakan cukup menarik! Mauduk semalam iaitu "Blog adalah ruang peribadi", jadi kita semua pun boleh cukup berseronok mengikut apa-apa sahaja yang diperbualkan dengan bersemangat. Untung sahaja bukan mauduk-mauduk membosankan macam masyarakat Singapura ini la, itu la... yang hanya bikin sakit kepala. Selain itu, rupanya gahar-gahar pula para pembahas yang beraksi semalam! Jaguh sangat mereka memusing-musingkan hujah-hujah yang mereka cakapkan.

Tak boleh disangkal lagi, bintang dalam pertandingan semalam ialah tak lain dan tak bukan, ialah Suanggita Emerlin yang dengan tangkas dan comel berhujah sekaligue berjenaka, akhirnya pula beliau terpilih menjadi pembahas terbaik keseluruhan!! Junior Indo kami sendiri! Kami-kami pada budak Indonesia yang turut menonton dan bersorak tak dapat menahan pekik-pekik girang dan perasaan bangga yang meluap-luap. Hanya sahaja sayang sekali VJC kalah walaupun saya rasa pasukan VJ iaitu Fairuz, Imran dan Suang sudah bertanding dengan gigih sekali.

Tak mengapa lah, acara semalam benar-benar menghibur dan membuka mata saya bahawa ternyata bahas bahasa Melayu cukup keren juga dan menyeronokkan.

No, you ain't reading the wrong blog. Tajuk di atas masih ditulis oleh pelajar yang nilai bahasa Melayu O Levelnya C5. Entah lagi sakit apa, dia tiba-tiba mendapat ilham untuk menulis dalam bahasa Melayu gara-gara nonton Pertandingan Bahas kelmarin. Melihat para pembahas beraksi, dia tidak mau (oops... I mean mahu) kalah juga.

Yay! Ternyata saya masih bisa nulis pake bahasa Melayu.. walau mikirnya lama...

bahas = debat
Suria = nama TV channel bahasa Melayu di Singapur
Ahad = Minggu
hujah = argumen
mauduk = topik
berseronok = senang, bersemangat, gembira, gemar (sama sekali bukan kata kotor!)
gahar = jago, ganas, garang
memusing-musingkan hujah-hujah = pokoknya diputer-puter kalo ngomong (bukan sakit kepala)
comel = lucu, imut
berjenaka = ngelawak
budak-budak = anak-anak (not slaves!)

Friday, July 22, 2005

tentang bahasa Indonesiaku yang breaking down

Dengan ngerinya saya sadar bahwa ini sungguh-sungguh terjadi. Apa isi hidup saya? Dari kecil sekitar umur 5 tahun dengan bangganya saya bisa bilang kalau keluarga saya sudah menerapkan sistem bilingual, bahasa Jawa di rumah, bahasa Indo di kehidupan sehari-hari. Itu saja sudah cukup.

Digeret ke sini, barulah dengan medok dan susah payah saya harus berusaha memasteri bahasa Inggris. (memasteri?) Tanpa belas kasihan pula kami harus ikut pelajaran bahasa Melayu. Berapa bahasa? Empat, saudara-saudara... Empat... Yah bagus kalau saya adalah orang yang mudah menguasai bahasa tetapi kenyataannya tidak sama sekali. Aksen medok tetap bercokol, sekali buka mulut langsung orang-orang nanya "Orang Indonesia?". Tapi nggak cuma gitu aja, kenapa juga saya harus ikut-ikutan pake Singlish di sini? Tidak bisa dihindari, meh? Saya kasih tahu, hor, saya juga pingin menghindari pemakaian partikel-partikel aneh macam ini, mah, tapi nggak bisa dihilangin begitu saja leh. Semua orang di sekitar saya ngomong kayak gitu jadi saya nggak bisa nggak pake juga.... (menggertakkan gigi menahan sekuat tenaga....)... LAH!! (masih keluar juga)

Apa yang saya lakukan? Kira-kira dua belas jam berinteraksi di sekolah pake Singlish. Enam jam tidur sambil mingkem. Mugging tentu saja juga mingkem. Sisanya baru main-main sama temen Indo. Dua tahun pertama di RGS cakap Melayu. Empat tahun struggle dengan bahasa asing. Empat tahun belajar beberapa patah kata Mandarin dan Hokkien.

Waktu itu saya lagi liburan di Indo ketika tiba-tiba saya iseng-iseng saja buka buku teks kimia SMA bekas cici saya. Dengan perasaan berkecamuk saya menyadari bahwa isinya sama sekali tidak membuat indera!! (doesn't make sense) Sama sekali nggak ngerti dan saya jadi merasa bego sendiri.

Dan bahasa Indo saya kadang-kadang jadi sedikit aneh, dengan grammar yang sangat salah seperti 'waktu itu gue pinjem dari gue punya cici punya temen' (my sister's fren) atau 'itu juga tergantung orang-orang yang kita pergi sama' (depends on who we're going with).

Bisa sedikit-sedikit tapi hancur semua...

Wednesday, July 20, 2005

jangan remehkan per*k

Tidak puas dengan potongan rambut terakhir yang menurut saya kurang pendek, akhirnya saya memberanikan diri minta tolong Liu Han temen sekamar Cindy. Karena katanya dia bener-bener jago motong rambut, dia selalu motongin rambut buat temen-temennya, terus sampe pake gunting khusus yang bisa bikin kriwis-kriwis segala.

Waktu saya minta tolong, dengan enteng dan profesionalnya dia bilang, "Of course, no problem one. You want spiky is it? Very easy one... You can do yourself hahaha..." (tapi saya tetep menepis keinginan Vidia untuk motongin buat saya. Sori Vid, nggak ada pengalaman ya saya nggak berani macem-macem)

Saya sudah dengar banyak cerita mengenai bencana-bencana yang terjadi yang berhubungan dengan potong sambut sendiri. Kayak temen-temen sepupu saya, yang rambutnya dipotong secara keroyokan... Yang jadinya hancur luar biasa... Terus sang korban yang saking stressnya sampe membersihkan kamar mandi. Untung kisah ini berakhir bahagia dengan sang korban pergi ke salon dan rambutnya malah jadi bagus. Lalu tante saya yang masa sekolah dulu selalu potong-potong rambut sendiri walaupun jadinya pitak di sana-sini.

Jadi, Minggu siang, dia datang ke kamar saya. Saya bener-bener kaget, ketika dengan enteng, yakin dan penuh percaya diri, dengan piawainya Liu Han pegang gunting,... snip, snip, snip, snippety snip... gak pake embel-embel macem jepit-jepit kecil atau handuk atau semprotan aneh-aneh kayak di salon, nggak perintah-perintah macem lebih nunduk dikit... lebih miring ke kiri... dst dst.... Kelihatannya ngasal gunting doang, cepetnya pun luar biasa, kurang dari lima menit...Saya cuma bengong di cermin menyaksikan keajaiban terjadi, sekonyong-konyong... jrengg.... lantai kamar mandi udah penuh rambut. Tapi jadinya nggak kalah bagus sama hairdresser 8 dolar..! Tapi ini gratis...

Belajar motong di mana? saya nanya dia karena penasaran. Ternyata dia dan bonyoknya di Cina sejak dahulu selalu memotong rambut satu sama lain, hemat biaya salon. Wuah keren amat... saya pikir...

Bahkan orang-orang juga kaget ketika tahu. Rambutloe dipotongin anak perek? Bener?
Anak perek juga pandai memasak. Kalau kita sih cuma nunggu makan yang disediain hostel (baru-baru ini catering diganti baru dan masakannya sungguh lebih enak! Walaupun kehadiran MSG dalam jumlah besar emang cukup mencurigakan, tetep aja masih enak. Cuman sayangnya mereka sediain sirup tiap hari instead of air putih. Tidak ingin end up kencing manis, terpaksa saya memulai kebiasaan bawa botol minum sendiri setiap turun. Oh ya, cabe bubuk juga.) Bukan pertama kali saya ke pantry lantai tujuh atau delapan dan memergoki cewek-cewek prc lengkap dengan segala perkakasnya.

Buset! Dengan pantry berfasilitas minimal (kulkas, microwave, air panas), bahkan sampe beli panci steamboat atau rice cooker sendiri, mereka bener-bener masak makanan empat sehat lima sempurna. Segala kegiatan seperti motongin daging-daging mentah, motongin cabe, masak nasi, semua piawai kayak ibu rumah tangga. Nggak heran kulkas sampe penuh banget dan penuh barang-barang aneh dan inovatif seperti terasi, udang cincang, daging mentah dll. Bumbunya gimana? Nggak masalah, mereka punya sekeranjang lengkap sembako, garam gula minyak bawang kecap ini kecap itu saos ini itu semuanya juga punya lengkap. Konon ada insiden bawang yang tergeletak terlupakan di kulkas sampe tumbuh jadi tanaman idup hijau yang sehat dan bugar.

Kita waktu lihat sih geleng-geleng kepala. Apalagi ketika nyadar kalo nggak cuma cewek-cewek, cowok-cowoknya juga pada jago masak! Nggak seperti anak Indo yang prestasi terbesarnya cuma bikin pasta instan, indomie, atau makanan microwave. Itu doang.

Bukan rahasia umum juga kalo mereka ini juga pelajar-pelajar yang baik, suangaatt rajin dan pandai. Sampe ngeri lihatnya, pagi siang malam, sebelum dan sesudah exam, selalu belajar menuntut ilmu dengan gigih. Sesudah! Saat orang-orang berpesta pora merayakan selesainya ujian, mereka dnegan tekun balik ke study room untuk belajar. Wakaupun nggak harus segitunya belajar terlalu keras, tapi mungkin kita-kita yang males kalo dibandingin mereka mesti nyontoh semangat belajarnya juga kali ya...

Reaksi pertama tentu saja menertawakan, ngganggep aneh, tapi lama-lama rasa kagum dan hormat tumbuh dengan sendirinya. Iya, kita sama-sama di luar negeri tapi rasanya masih nggak tau gimana ngurus diri sendiri dengan baik. Masih kolokan. Makanan dimasakin, cucian dicuciin laundry, motong sambut pasti ke salon. Tapi anak-anak perek telah mampu berdikari. Mau nyontoh? Er.....

prelude for the 'per*k' word

Orang yang baca mungkin telah menyadari penggunaan kata tidak etis di dalam blog ini, yaitu kata perek. Saya akan menjelaskan beberapa hal.

Bukan 'perek' sebagai arti wts, tapi perek adalah panggilan kesayangan anak-anak scholars Indo kepada orang-orang Cina daratan. Kenapa perek? Soalnya mereka dari negara prc. Coba diselipin huruf e. Jadi perec. Coba anda ucapkan. Nah! Dapet deh istilahnya... Kami semua anak-anak lugu saat baru dateng terperangah kaget saat dijelasin senior istilah ini. 'Jahat ya... masa dibilang anak-anak perek...'. Senior-senior cuma ketawa, dan benar juga. Istilah ini sudah begitu berakar umbi di kalangan kami anak-anak Indo. Sebentar saja lidah kami udah terbiasa sama istilah ini. Jadilah kami-kami yang udah jadi senior sekarang malah meneruskan tradisi jahat ini kepada junior-junior baru. Gimana ya, soalnya ini istilah paling handy untuk nggosipin mereka. Dan memang ada BANYAK gosip yang bisa diceritakan mengenai mereka.

Saya peringatkan, saudara-saudara, ini adalah rahasia seribu tahun. Camkan baik-baik. Jangan. Jangan. Jangan. Jangan kasih tahu mereka.

Nah, mayoritas penghuni anak-anak V Hall (dan juga asrama-asrama lainnya, dan generally speaking... komunitas scholars di Singapur...) adalah anak-anak perek. Kami orang Indonesia hanyalah minoritas (bareng-bareng orang Malaysia). Sisanya yang lebih sedikit lagi, segelintir orang-orang dari negara ASEAN lain kayak Viet, Thai, Filipin, dan sebagainya. Sering saat jam makan kami menyapukan pandangan ke seluruh dining hall dengan perasaan sedih. Sejauh mata memandang, hanya ada satu negara. Oh itu ada meja anak-anak Malaysia satu biji. oh itu ada meja anak-anak Viet satu biji. Ya udah sisanya prc.

Karena mereka banyak, tentu saja jadi sasaran empuk untuk bergosip ria. Apalagi tambah lama tambah banyak barang menarik yang bisa diomongin tentang mereka. Sebenernya kasihan juga sih, tapi mau bagaimana lagi...

Sebenernya kata perek ini sudah kehilangan sebagian konotasi jeleknya karena terlalu sering dipake. Lagian bukan berarti semua anak-anak perek ini (tuh kan saya pake lagi) bejat-bejat atau gimana. Cuman banyak saja tingkah laku mereka yang aneh buat kita. Kayak temen sekamar saya yang anak perek, walopun rada aneh sedikit dia adalah anak yang baik hati, toleransi dan bertenggang rasa. Nggak aneh-aneh kayak temen sekamar Phya & Monic yang bajunya nggak pernah ganti, atau temen sekamar Santo & Gary yang gemar mencuri sabun cair (Nah kan, banyak yang bisa diomongin). Jadi kata perek ini cuma suatu nama panggilan untuk refer ke mereka dengan gampang. Ada sih satu panggilan lain yang lebih netral: anak-anak prancis (kata ini mengandung huruf-huruf yang diperlukan). Tapi jarang dipakai, karena terlalu keren, jadi kami tidak suka.

Bagi orang-orang yang tidak biasa, harap maklum walaupun pertama-tama pasti berjengit mendengar istilah nggak enak dipake berulang-ulang. Habis bagi kami sudah biasa, kosa kata untuk percakapan sehari-hari.

Jahat ya? Hehehe...

Sunday, July 17, 2005

tentang bahasa

Orang-orang Indo yang masih lancar bahasa Indonya, mungkin yang masih belum terlalu lama di luar negeri, atau masih aktif berbahasa Indo di kalangan sendiri, pasti suka nggak sengaja ngomong keras-keras di depan umum. Orang-orang kayak saya.

Asiknya bahasa Indo, mau ngomong-ngomong, nyeletuk yang aneh-aneh, nggak ada yang ngerti. Ngegosipin orang lain tepat di depan hidungnya dan orang lain itu sendiri sama sekali nggak ngerti, ada kenikmatan tersendiri. Makanya kadang-kadang orang Indo di sini suka lupa diri, ngomong-ngomong di tempat umum dengan berisiknya. Di bus, MRT, di mall-mall, di mana saja,kuping kita pasti langsung sensitif begitu mendengar bahasa Indo di tengah-tengah lautan Singlish. Penampilan bisa menipu, karena orang Indo di Singapur tergolong cukup ahli menyamar jadi orang lokal. Namun, semirip apa pun mereka sama orang-orang lokal, begitu kami semua mulai buka mulut bahasa Indo, kuping kita langsung naik.

Begitu mendeteksi suara Indo, biasanya sih terdiam sejenak, lalu celingukan mencari sumber suara Indo lainnya itu. Nggak pernah nggak noleh.

Ada beberapa orang yang begitu mendeteksi kehadiran kelompok orang Indo lain, akan langsung jadi pendiam (lalu kadang-kadang mulai menguping percakapan Indo kelompok satunya). Ada rasa sungkan tersendiri yang sulit dijelaskan. Habis gimana, nggak ingin ketahuan kalau diri sendiri orang Indo... tapi mau ganti bahasa Inggris, terlalu sok Inggris dan jadi jayus. Sangat-sangat tidak natural.

Lha, tapi kok ada beberapa orang yang ngobrolnya makin dikencengin... Mereka nyadar kalau dikuping sama orang-orang pendiam, terus malah makin seneng.

Dulu di Dwee dan Lita lagi berenang, biasa tuh jadinya ngobrol-ngobrol lama. Heh tiba-tiba ada satu oom-oom di sebelah mereka nyanyi 'Mungkin Nanti' lagunya Peter Pan (liriknya aja salah). Dwee dan Lita langsung bungkam. Oomnya juga diem-diem aja. Lalu mereka diem-dieman dengan suasana yang saya rasa sangat jayus sekali. Akhirnya baru si Oom berenang pergi.

Begonya semua orang, baik pendiam atau cerewet, akan sok cool aja, pura-pura nggak menyadari kehadiran grup satunya (padahal jelas-jelas suaranya kenceng abis). Si Oom tadi juga sok cool aja, padahal jelas-jelas dia yang mulai nyanyi.Tapi manusia-manusia pendiam akan merasa salting sendiri apalagi kalau berhadapan dengan manusia-manusia cerewet. Malah kalau terpaksa baru menyapa para manusia-manusia cerewet, "Orang Indo ya...?" (lha kan tipe cerewetnya yang pengen disapa...) Lalu tipe cerewet mengiyakan dengan penuh semangat. Lalu suasana makin salting.

Kalau menurut saya, dalam suasana demikian mendingan diem-diem saja. Paling enggak kalo mau terus ngobrol ya biasa aja, nggak usah dikerasin suaranya. Nggak bikin nggak enak seperti itu.

Apalagi kebiasaan ini sebenearnya kurang bagus. Saya harus bikin mental note setiap kali pulang Indo: Itu mulut dikunci!! Soalnya suka kebiasaan jadi nyeletuk yang aneh-aneh di mana pun saya berada.

Monday, July 11, 2005

tekad baja apanya?

Saya telah bertekad akan menjadi pelajar yang lebih baik lagi. Nggak akan lagi saya blur waktu lecture (biasanya hampir setiap waktu). Saya akan mendengarkan dengan tekun dan sepenuh hati. A Level akan tiba dan saya harus siap tempur.

Baru tadi siang saya nyadar saya tuh lupa bawa physics notes buat lecture tadi. But nevermind! Justru nggak usah sibuk copy, saya jadi bisa dengerin 100%. Dengan tekad baja saya ikut lecturenya.

Saya mendengarkan, mengerti, manggut-manggut. Memang cara ngajar Mr Julius Chan bagus kok, kalau didengerin baik-baik pasti bisa ditangkep. Saya mendengarkan, mengerti, manggut-manggut. Mendengar, mengerti, manggut-manggut. Mendengar, mengerti...

Saat dibangunin teman, jarak kepala saya ke meja udah tinggal 5 cm.

Uh. Ketiduran lagi.

Bengong pas lecture adalah obat tidur yang manjur.

Tekad baja apanya?

Sunday, July 10, 2005

wuah!

Kok sudah lama, lama, lama sekali ini saya tidak ngeblog. Dasar sambungan internet karatan. Tadi sudah sukses ngetik panjang-panjang, dan dengan ceria saya tekan submit, cuma untuk mendapati tulisan Page can't be displayed di monitor. Direfresh bolak-balik, tetep saja membangkang. Saya cek di blognya langsung, memang belum terpost sama sekali. Saya cek lagi di dashboard, tidak ada tanda-tanda kehidupan. Tetapi tenang. Dengan kepala dingin, sebelum disubmit tadi saya sudah ada feeling tidak bagus, jadi saya sudah copy postnya ke Notepad. Dan postnya pun selamat. Muahahahaha!

Memang blog test sudah selesai. setelah bahagianya lewat, mulailah acara khawatir sama nilai yang didapet. Kita sudah dapet balik paper Math, Phy, Chem dan puji syukur nilai saya oke. Cuman, saudara-saudara, saya menjadi saksi bagaimana angka-angka semata bisa menghancurkan impian indah dan kehidupan damai orang-orang sekitar saya. (padahal nilai common test ini nggak ke mana-mana!! Nggak ikut di raport atau apa...) Kasihan temen-temen sekelas. Bahkan ada yang sesenggukan tatkala mengetahui nilai physics atau math yang hancur lebur. Saya mau menghibur juga nggak tau gimana caranya. Emang sih dasar kelas saya isinya anak-anak yang suka main-main, jadi agak nggak heran juga nilainya hancur lebur. Tapi masalahnya ada beberapa orang yang bener-bener belajar dan masih nggak bisa score.

Para guru dengan semangat berkobar-kobar mulai menggalakan semangat mugging di antara para siswa yang masih kepingin males-malesan. Belajarlah, nak, tuntut ilmu mulai dari sekarang! Revise pelan-pelan, dari awal sampai akhir. Dua bulan lagi Prelim akan tiba. Setiap pelajaran dapet jatah sekitar 2 minggu. Sudah bukan waktunya untuk bermalas-malasan. Kalian harus mengerjakan tutorial. Jangan bolos lecture lagi. Mrs. Chan dengan bahagia mengumumkan bahwa Prelim Time Table sudah keluar. Supaya kalian bisa menyusun acara belajar kalian dengan matang mulai dari sekarang, ujar beliau dengan tegar dan ambisius.

Aarrrgghh!! ... Kami murid-murid yang malang pun tertunduk sedih dengan hati kacau...

Mrs Koh cuma bisa menghibur dengan bilang, penderitaan ini umurnya cuman 4 bulan. 4 bulan sahaja, belajar yang keras. Abis itu kalian bisa bebas sepuas-puasnya (yang cowok pada masuk army sih, kasihan...), bisa menikmati liburan tanpa harus bingung hasil 'A' Level.

Mari kembali ke berita bahagia. Dengan berbangga hati saya umumkan bahwa mesin game Photo Hunt sudah kembali lagi ke pangkuan dining hall! Gamenya: 2 gambar trus suruh cari 5 perbedaannya, tapi dikasih batas waktu. Tapi entah kenapa (walau gamenya sekilas memang kedengeran cukup retarded) main-main begitu doang asik sendiri sampe keringetan (keringetan gara-gara kepanasan berdesak-desakan mengelilingi mesin game). Sungguh mempererat hubungan persahabatan senior dan junior. Jadi inget masa-masa tahun lalu yang selalu kejar-kejaran high score sama senior, sampe saking seringnya main kita dinasihati sama kepala sekolah VS (maksutnya baik sih).

Terus, terus, jam tangan murah kesayangan saya yang warna putih, baterenya jalan lagi! Sebenernya waktu beli saya nggak berharap banyak soalnya memang cuma jam murahan yang pasti gak tahan lama. Tapi waktu baterenya mati saya sedih juga, jadi saya bawa ke toko jam. Sedikit serasa disambar geledek, waktu si Uncle toko jam bilang '10 dolar' dengan kalem. Harganya lebih mahal dari jamnya sendiri!!! Tapi karena keburu cinta sama jamnya, saya relakan saja.

"Baterenya dari Hongkong, gue jamin tahan lama punya. Bisa sampe dua tahun!"* kata si Uncle ngotot. Jadi, karena keburu cinta sama jamnya, hati jadi luluh. Saya relakan saja akhirnya. Apalagi si Uncle nawarin bersihin jamnya sekalian.
(si Uncle ngomong Singlish bukan ngomong Betawi. Saya ganti saja soalnya kedengeran lebih pas.)

"Bener ya, dua tahun." saya tanya dia. Si Uncle ngangguk-ngangguk mantap.

Waktu pun berlalu. Jam beres, hati senang. Tapi...

Dua tahun! Bah, dua tahun apaan! Dua hari langsung mati!!!!! Serasa dicabik-cabik perasaan ini. Saya naik pitam, bahkan berniat balik minta ganti rugi sama Uncle.

Makanya betapa bahagianya saya tatkala jamnya jalan lagi! Hurrah! Sampe sekarang jamnya masih jalan dan sehat walafiat. Semoga saja gitu terus sampe dua tahun. Amin!

Saya umumkan juga kehadiran blog milik sekolah kami, www.campusmoblog.com.sg/blog/vjc. Kalau udah ke situ, kalau lagi nggak males, silahkan anda tekan tombol refresh minimal 5 kali (supaya hitungan visitorsnya makin banyak). Kalau anda berdomisili di Singapur dan punya account Singtel, M1 atau Starhub, lebih bagus lagi!! Cepat sms 'vote nibc vjc' ke 96183799. Nah kalau yang ini sekali aja soalnya cuman dihitung sekali per mobile phone account. Jangan habiskan uang anda dengan sia-sia. Bakal diikutin kompetisi, jadi berkunjung terus yang sering, ok...

Monday, July 04, 2005

aviva s'pore open 2005

Weekend lalu itu sangat tidak disia-siakan dengan ide cemerlang untuk nonton badminton di Indoor Stadium. Sungguh... sungguh keren!! (ngomong dengan penuh semangat, jempol teracung ke atas dan sedikit terengah-engah) Kami pergi 2 kali, segera setelah exam waktu preliminary round, terus sekali lagi waktu semifinal. Terus yang finalnya kita nonton di Channel 5 (di V Hall tv room tentu saja. mau di mana lagi?) karena kocek sudah menipis dan lagian semua pertandingan bakal ditayangin di tv.

Waktu preliminary round, match-match yang kita sorakin tentu saja punya orang-orang Indo, ada si Taufik (saya masih menyesal atas kebodohan saya yang menyebabkan hilangnya kesempatan untuk berfoto bersama Taufik. Ngik!! Si bodoh yang menjaga tas... Mestinya tas ditinggal juga nggak apa-apa, minta tolong orang sebelah buat jagain juga bisa. Habisnya kan saya pikir foto Taufiknya sendirian jadi saya gak usah ikut juga gak apa-apa.. Taunya temen-temen dapet foto bareng... Yah bukan salah mereka sih, salah saya sendiri. Jadi makin menyesal... Nggiiik!!! Pokoknya saya minta dibikinin photo shopnya nanti..!! diinsert foto saya...). Terus ada Candra Sigit lawan Limpele Eng Hian (sayang sesama orang Indo terpaksa bertanding....). Terus Ronald Susilo lawan Lin Dan. Ronaldnya kalah, dan seluruh rakyat Singapura ikut kecewa bersamanya. Makannya Ron, maen buat Indo aja, gak udah menanggung bebas seluruh negara hahaha. Terus ganda putriNovita dan Polii yang seru banget, karena kemampuannya tuh agak seimbang dan sampe jatuh bangun mereka terus bertempur dengan gagah berani sampe akhirnya menang! Sayang matchnya agak kurang suporter karena sampe larut malam dan merekanya kan juga kurang terkenal. Paling suporternya kita (yang paling berisik), terus sekelompok anak-anak Crescent yang belain lawan mereka yang orang Korea. Kita sampe agak kesel juga. Kita teriak 'Go Indo!!' langsung dibales 'Go Korea!!' sama mereka. Dwee sampe bingung nanya, di Crescent ada Korean scholar meh? Pokoknya salut sama Novita dan Polii, terutama Polii yang nangkep bola ampe jatoh duduk terus dihujani smes berkali-kali tapi dengan nyali baja dia tetap mengembalikan bolanya sambil duduk. Keren bukan main! Di akhir match mereka sampe ikutan senyum ke kita soalnya suporter paling berisik, hehehe...

Semifinal... Taufik ngalahin Lin Dan!! Candra Sigit juga berjaya. padahal mereka tergolong kontet dibandingin bule-bule Denmark tinggi besar yang mengerikan. Tapi Novita Polii kalah sama pasangan Cina. Terus kita ngikutin juga match mixed doublenya pasangan Thai (Sudket Pra-something & Saralee Thungthongkam. Nama susah bener...) dan entah kenapa saya jadi ngedukung mereka karena maennya juga keren! Lucu, yang cewek mirip Suanggita (junior VJ) --> Dwee tidak setuju, yang cowok rambutnya mirip Gunawan -> artis Indo. Terus sama-sama pendek. So cute! Jadi throughout the whole match, I was like 'Go Suang! Go Gunawan!' walopun gak ada yang ngerti. Terus pas menang sopan sekali, mereka terima kasih sama penonton pake salam ala Thai gitu.

Di stadium itu, 2 hari itu, ada sepasang cewek Cina duduk di blakang kita. Suara mereka sangat cempreng dan irritating. Mereka memukul balon keras-keras. Kita jadi bete banget, tiap Cina skor mereka langsung 'Yeeeeeeeeee!!!!' kenceng-kenceng. Terus balonnya dipukul-pukul 'bungbungbungbungbung'. Sampe diliatin banyak orang juga masih gak peduli. Heran, saya, heran... Jadi sakit kepala inget-inget lagi...

Final.. rupanya di tv room doang kita tidak kalah beringas. Masih juga teriak-teriak untuk support Taufik yang ternyata menang gampang dari Chen Hong, terus pertandingan Candra Sigit (lawan sepasang bule raksasa Denmark lain lagi. Heran kok nggak abis-abis). Ini luar biasa menegangkan soalnya mereka bolak-balik dismash lawan dan smashnya bener-bener setajam pisau. Waktu menang bener-bener seneng banget. Terus pasangan Thai yang kemaren (yang makin gencar saya dukung karena lawannya orang Cina, hahaha...) kalah, tapi pertandingannya juga keren soalnya pake rubber set segala.

Jadi... nonton badminton langsung itu ternyata asik sekali, saudara-saudara. Sekarang saya udah balik sekolah lagi dan hidup terasa begitu hambar. Bosen. Capek. Ngantuk. Kenapa nggak tiap hari aja kita libur, terus tiap hari masuk stadium nonton badminton..?

Saturday, July 02, 2005

semua kembang bernyanyi senang

Dengan bahagia bagaikan prajurit habis pulang perang, saya mengumumkan kepada semua orang... common test sudah selesai!!! Sudah lama saya menahan hasrat untuk pergi online dan complain seperti biasa. Tapi sekarang tidak perlu lagi!! Tidak perlu lagi kami pergi ke study room pagi hingga malam untuk menjejalkan isi pelajaran ke dalam otak, sebab semua sudah selesaii!! Okelah ini belum apa-apa sebab musim Prelim Exam dan A Level belum mulai. Tapi setidaknya masih ada sekitar 2 bulan lagi...

Sebenernya banyak juga kenangan-kenangan unik dari study room... Di kamar tidak bisa belajar konsen soalnya udara bener-bener panas buanget, terus dari seberang kedengeran suara anak-anak band VS yang tet tot tet tot atau anak-anak choir yang ah uh ah uh. Padahal waktu itu masih musim liburan tapi anak-anak malang itu tiap hari pergi ke sekolah untuk nyanyi (dengan suara melengking anak-anak cowok yang belum pecah... Sungguh menyedihkan.... atau main terompet, dan mengganggu acara belajar kami anak-anak JC yang lebih malang!

Alhasil saya Vidi dan Yean Ching bagaikan pindah rumah ke study room... Study room yang penuh anak-anak perek berisik! Ada 2 cewek yang selalu nonton VCD sambil cekikikan, tendang saja mereka!! Terus ada si anak ceriwis berbadan subur (as quoted from Vidi) yang selalu masuk dengan riangnya, terus cekikikan sana-sini mengganggu orang belajar, dan sangat tidak senditif kepada penderitaan kami semua! Dengan sarkastik saya sengaja pasang earphone begitu dia masuk tetapi tentu saja si anak berkulit tebal itu tidak sadar. Terus setelah puas becanda sana-sini baru dia keluar. Semua orang pun bernafas lega.

Di study room juga kami terus menyumpal mulut tanpa henti, untuk menghalau kejenuhan belajar. Lays, Doritos, prawn crackers, snack pilus, wafer, semua juga ada. Sampe suatu hari, dengan cemas saya naik ke timbangan badan (timbangannya punya roommate saya). Sungguh terperanjat rasanya ketika melihat angka yang ditunjukkan!! Buset... naik banyak banget! Sampe-sampe saya bersumpah di depan timbangan itu untuk tidak menyentuh cemilan apa pun lagi kalau belajar. Barulah besokannya saya baru nyadar kalau ada timbangan itu ada zero error +2 kilo (jadi saya lebih enteng 2 kilo daripada yang saya kira). Langsung sumpahnya saya anulir, terus asik beli cemilan lagi. Dasar tidak tahu diuntung...

Terus di study room juga nggak bisa ketawa keras-keras padahal kalo diri ini sudah ngantuk abis dan bete belajar, sampe hal-hal nggak lucu juga kita bisa ngakak. Ngobrol harus bisik bisik, tapi ketawa susah bisik-bisik... Waktu itu Vidi sempet meledak ketawa sampe diliatin anak-anak lain hahaha...

Dengan selesainya common test, dengan gembira pula saya mengumumkan bahwa kemarin malam saya sudah bisa tidur dengan nyenyak lagi seperti bayi!! Asiknya! Bangun dengan hari segar bugar dan gembira! Saya pikir aneh juga, kenapa saya bisa punya masalah kurang bisa tidur dengan nyenyak di bagian awal-awal ujian itu. Padahal alasan untuk khawatir juga nggak banyak, ini tes kan nggak dihitung ke mana-mana. Semua cara sudah dicoba seperti minum susu panas sebelum tidur, minum Woods, baca buku, pake eye-cover... Tapi pasti walau udah merem dimerem-meremin tetep tidak ilang-ilang, mesti bolak-balik di ranjang sampe 1-2 jam baru tertidur. Rupanya temen-temen di sekolah juga mengalami hal yang sama. Banyak banget yang complain tidak bisa tidur sampe jam 3, jam 4 pagi gara-gara kepikiran ujian.

Tapi bukan berarti saya nggak tidur kok. In the end pasti saya ada tidur sekitar 4-5 jam dan itu sudah cukup untuk bisa mengerjakan ujian dengan cukup konsen di hari selanjutnya. Cuma perasaan waktu bolak-balik di ranjang itu sungguh menyengsarakan... Untung saja pagi hari saya masih bisa bangun dengan segar.

Salah satu alasannya karena roommate saya punya weker baru. Kesal!! Wekernya adalah weker gaya kuno, hitam, besar yang ada 2 bel di bagian atasnya. Yang bunyinya 'KRIIIIIIIIINNNGGG!!!!!!' kuenceng banget sampe rasanya satu lantai bisa dengar!! Pertama kali denger weker itu (waktu masih musim liburan) saya bener-bener kaget banget sampe langsung loncat terduduk dengan hati galau, habisnya kan saya sangkain fire alarm atau apaan..! Dibandingin yang ini, saya lebih suka weker lama roommate saya yang dari hp (bunyinya rekaman suara cowoknya menyanyikan lagu cinta, saya sampe hampir hapal lagunya. Suaranya nggak enak pun... dulu saya irritated sekali sama lagu itu).

Lalu ujian selesai... langsung jalan-jalan! Kemaren malem kita nonton AVIVA Singapore Open, luar biasa seru! Empat dollar untuk nonton badminton yang seru sungguh tidak sia-sia! Saya berada dalam radius kurang dari seratus meter dari Taufik Hidayat! Terus seperti biasa tadi juga kami ke Orchard dan ketemu banyak sekali orang tumplek blek di sana. Dari Bebeth, Pat, David, sampe Gracia, Huimin, dan anak junior class yang kita nggak kenal.

Asik, uasikk banget rasanya selesai ujian. Apalagi tidak ada beban (walaupun hanya sementara) dan Senen nanti masih liburan!!