Wednesday, June 22, 2005

nonaktif sementara

Untuk sementara ini saja... Blogging harus ditunda dulu. Sel-sel otak sudah penuh. Saya tengah berjuang melawan Block Test yang mulai minggu depan. Saya online saja hampir tidak berani. Sungguh penuh perjuangan. Seharian kerjanya belajar, bangun belajar, habis makan belajar, habis mandi belajar.... Selain belajar, kami hanya bisa merintih dan berdoa. Sungguh menyedihkan. Bagaimana A Level nanti?

Wednesday, June 15, 2005

belajar di airport

Hari Minggu. Kami kira kami gila. Kami ingin bersenang-senang dan jalan-jalan. Kami harus belajar. Akhirnya jalan tengah pun diambil. Saya, Vidia dan Yeanching pergi bersama ke airport untuk belajar, sekalian mau ngejemput Dwee dan Cindy yang baru balik dari Jakarta. Tapi kita sengaja datang 14 jam lebih awal untuk belajar.

Kami mulai dari viewing mall terminal 1. Dengan cuek kita duduk di lantai, naroh buku di kursi dan mulai belajar. Dan orang-orang dengan penuh rasa ingin tahu ngeliatin kita seakan-akan kita atraksi bonbin. Biasanya kalau ngeliatin orang kan sembunyi-sembunyi, supaya nggak terlalu jelas. Eh ini dengan tidak tahu malunya mereka sampe melototin kita, sampe-sampe ada yang mendekat karena ingin lihat lebih jelas.

Dari viewing mall berpindah ke food court bagus yang di lantai 3 untuk duduk nyaman di atas meja. Di sana ada bule-bule Arab (mungkin mereka bingung ngeliat 3 anak belajar di airport, pasti pemandangan yang aneh banget) yang yang bilang kalau kami adalah 'lovely ladies'. Blahaha..

Ke toilet untuk sikat gigi berkat ide cemerlang saya. Cukup memalukan, tapi daripada gigi berlubang? Untungnya saya sikat gigi dengan cepat waktu tidak ada siapa-siapa di toilet. Tapi Yean Ching tidak beruntung, begitu baru mau mulai sikat ada ini cewek masuk. Langsung odolnya dia simpen di mulut.

Setelah itu disambung dengan Burger King. Nah waktu itu kita bertemu banyak teman seperjuangan. Sampai-sampai ada 3 meja lain yang belajar; 2 orang yang belajar sendirian, dan satu grup yang bertiga (yang kerjanya bukan belajar tapi ngobrol dan tidur. Buku-buku tergeletak tapi terlupakan. Yang dua pacaran jadi satu lagi serasa jadi nyamuk, jadi sebagian besar waktu dia cuman tidur). Ternyata nggak cuma kita yang gila... Tiga setengah jam kita di Burger King, makan, tapi kebanyakan tidur. Lalu BK mulai rame lagi dan kita mulai dilihatin lagi, sampe akhirnya kita pergi.

Lalu pergi ke foodcourt lantai dasar untuk makan. Sengaja makan pelan-pelan supaya menghabiskan waktu.

Terus kita ke terminal 2 untuk ganti suasana. Capek banget rasanya, seperti zombie hidup. Akhirnya malah tidur di bagian departure. Nggak peduli kalau orang-orang ngeliatin kita lagi karena kita sudah terlalu capek.

Akhirnya datang waktu yang ditunggu-tunggu. Menjemput Dwee dan Cindy sambil membawa kertas bertuliskan 'Miss Lawer & Miss Dwiyanti, Victoria Hall' diikuti slogan Victoria Hall yang cukup memalukan (Sun and sea, friends and home... All in Victoria Hall!). Mereka sama sekali tidak kelihatan, tapi tiba-tiba materialized di depan pintu arrival. Semua tertawa-tawa seperti orang gila. Adegan yang cukup bodoh.

Pulang naik bus (terpaksa) karena taksi tidak cukup memuat 5 orang. Di bus tidur lagi. Mereka dengan kejamnya menyuruh saya tetep bangun supaya bisa bangunin mereka kalau sudah sampe. Tapi saya toh tidur juga. Kursi sangat nyaman dan ac dingin asik. Tapi memang satu bus stop sebelum sampe saya cuma satu-satunya yang bangun.

Akhirnya pulang ke hostel dan tidur lagi, isi bensin. Pengalaman aneh banget. Di negara mana lagi saya mau belajar di airport kalau bukan di Singapur...

Tuesday, June 14, 2005

Under No Roof ternyata menyenangkan!

Haha, jadi menyesal sama entry saya sebelumnya yang sibuk menghujat-hujat Under No Roof. Memang sih, acaranya jayus apalagi untuk dihitung sebagai community service. Pokoknya tujuan acara ini supaya kita bisa ngerasain jadi orang miskin yang nggak punya rumah. Dan ternyata amazing race-nya bukan cuma keliling lapangan terbuka, kok. Mungkin sekitar radius beberapa kilo dari situ, semuanya mesti ditempuh dengan jalan kaki... Makanya capek bukan main, jalan sampai kaki rasanya mau patah. Apa lagi anggota grup saya cewek semua jadi kalau bawa barang-barang berat kayak koran juga nggak bisa ngomel-ngomel.

Setiap tugas mempunyai makna mulia yang mendalam dan berarti dibaliknya (itu kata mereka). Saya nggak ngerti itu berhasil apa tidak.

Tugas pertama, kita mesti ngumpulin koran dari HDB blocks, ngetokin rumah orang satu-satu untuk minta koran-koran sisa. Tujuannya mungkin buat niru tukang loak..? Tapi yang paling aneh adalah tugas untuk stoning. Membatu beneran, mata kita ditutup pake kain, terus disuruh berlutut atau jongkok selama setengah jam di rerumputan di bawah matahari, nggak boleh ngobrol, nggak boleh ngapa-ngapain dan harus diam saja. Alasannya karena banyak orang miskin yang nggak punya perkerjaan, jadi mereka cuma bisa diam di rumah. Terus digelapin karena mereka nggak ada listrik di rumahnya. Kita juga berlutut dan jongkok supaya merasa tidak nyaman karena orang miskin banyak yang nggak punya kursi di rumahnya. Ini sedikit tidak masuk akal karena menurut akal sehat kamu orang miskin akan duduk di dalam rumah bukannya berjongkok..! Lalu mereka kan bisa juga ngobrol satu sama lain. Nggak enaknya sih gara-gara panas banget, sampe bisa merasakan bagaimana matahari pelan-pelan membakar betis belakang saya. Kesemutan dan pegel-pegel banget, sampe waktu sudah selesai semuanya tumbang ke tanah.

Buat makan siang, antriannya dibikin kayak model dapur umum gitu, dan makanannya sangat-sangat sederhana yaitu roti tawar, pisang dan biskuit. Sampe susah ditelen karena semua rasanya kering banget, kecuali pisang. Pisang jadi terasa kayak makanan paling enak sedunia. Terus yang paling menyebalkan adalah mencari kacang ijo yang ditaburin di petak rumput. Apa tujuannya? Buat meniru pemulung sampah. Kecil banget gitu, terus sama-sama ijo gimana mau ketemu coba? Lumayan bikin frustasi, setelah merumput 10 menit cuma 3 biji kacang ijo yang ketemu. Habis waktu kita ngaduk-ngaduk rumput yang ketemu malah serangga-serangga dari semut, belalang sampe siput tapi kacang ijonya nggak ada satu pun.

Terus setelah selesai amazing race kita berusaha bikin rumah kumuh dari koran dan kardus dan apa pun yang bisa ditemuin selama race tadi. Terus setelah rumahnya dinilai, baru acaranya selesai. Setelah pengumuman selesai rumahnya kita ancurin dan sampahnya dibuang. Hancur hati ini melihat rumah kardus bobrok yang dibangun mati-matian selama hampir 2 jam, dihancurkan dengan mulus dan cepat dalam 5 menit. Walopun rumahnya jelek (pengap karena kita nggak bikin jendela) tetep aja sayang. Grup-grup lain rumahnya banyak yang keren soalnya banyak ide aneh kayak bikin korden dari sobekan koran sampe menaburkan bunga di atas rumahnya.

Pemenang acara ini dapet tiket gratis ke Sri Lanka untuk bantuin bikin rumah buat korban-korban tsunami. Makanya sejujurnya kita merasa untung nggak menang. Malah grup yang menang rasanya nggak terlalu senang tuh...

Nggak tau sih objektif acara ini berhasil apa tidak. Banyak orang-orang yang mikir betapa useless-nya acara kayak gini dan mereka kapok banget. Bahkan banyak grup juga yang kabur setelah race-nya. Dan setelah seharian mengalami kemiskinan,... malemnya langsung kembali kepada kemewahan dengan jalan-jalan ke Orchard (masih dengan baju bau kami) dan makan ban mian... Jadi merasa tidak enak sedikit...

Overall saya nggak keberatan sih ikut Under no Roof soalnya acaranya aneh banget. Kapan lagi bisa ikut acara sejayus ini?

Friday, June 10, 2005

dan saya telah kembali lagi

Saya sudah kembali. Duduk di kamar hostel saya yang kecil, mengetik membabi-buta di komputer. Baru sekitar 5 jam yang lalu saya balik ke Singapur, tapi rasanya sudah kayak 5 bulan. Saya sudah ngepel lantai, nggosok kamar mandi, unpack, makan, ngobrol bareng anak-anak yang masih tersisa di sini (untung ada mereka. Untung ada Yean Ching dan Lita.), tidur, dibangunin sama uncle yang mau membersihkan kipas angin (unclenya cukup ramah dan mengajak ngobrol --> "You cannot speak Chinese??!"), tidur lagi dan akhirnya bangun lagi. Dan online.

Selamat tinggal makanan enak (kecuali indomie), selamat tinggal rumahku yang ber-ac... Dan sialnya, mugging season akan dimulai (tidaaakk..)

Besok ada Under No Roof (yah itu alasan saya kenapa balik hari ini), dan saya sudah tidak melihat ke depan untuk itu. Entah rasanya kayak buang-buang waktu, apalagi saya dikasih tahu sama YeanChing kalau Under no Roof itu bukan seperti yang mereka janjikan (island-wide Amazing Race!!) tapi cuman muter-muter di lapangan rumput terbuka, nggak tahu ngapain. Hah. Island-wide. Hah. Sebenernya sih saya lebih kepingin ikut yang Under No Roof 2004 tahun lalu, saya kirain dulu yang ini bakalan sama... Nyatanya lari-lari di taman...?! Sudahlah lihat saja apa yang terjadi besok, kan seenggaknya bakal ketemu temen-temen sekelas juga. Udah lama nggak ketemu.

Malasnyaa....

Wednesday, June 08, 2005

kalo acara tv di indo...

Saya lihat-lihat acara tv di Indo ini isinya cuma sinetron, acara gosip, dan reality show. Heran juga, segitu banyak channel kok buntut-buntutnya tiga jenis itu doang yang mendominasi.

Sinetron Indo sangat-sangat menjamur, dan mereka ambil jam-jam yang bagus kayak jam 8-9. Buka semua channel pasti sama saja, semua juga sinetron. Kalo nggak acara gosip tentang si ini si itu yang kawin cerai nggak jelas. Kalau nggak reality show, dari model-model AFI, Idol, sampe acara-acara yang menggugah hari nurani kayak Toloonng, Uang kaget, atau Bedah Rumah.

Orang-orang kita suka drama kali ya, sampe semua jadi didramatisir. Dari Eep-Sandrina, Tom Cruise-Katie Holmes sampe Bajuri dan Oneng yang pisah ranjang. Ya saya nonton dari rumah sih asik-asik aja.

Oh ya, nurut saya Salon Oneng lebih bagus daripada Bajaj Baru Bajuri. Siapa setuju?

Tuesday, June 07, 2005

tak bisa bahasa Cina

Saya terserang virus musiman. Bukan flu, pilek atau semacemnya. Bukan juga virus komputer. Tapi virus malas. Heran! Mualesnya luar biasa seperti kucing siam, mentang-mentang saya ada di Indo dan remote control tv jadi kekuasaan saya, dan saya bisa menikmati ruangan ber-ac selama saya mau. Badan mulai melar, karena tiap hari makan enak, ngaso di sofa di depan tv atau komputer, sambil ngelus-ngelus Brownies si anjing. Bahkan blogging juga jadi males. Enak banget, rasanya Singapur, mid-year exam, A level, semuanya rasanya jauuhhh banget dari Pulau Jawa. Dan alangkah bahagianya, semua orang di sini ngajak saya ngomong Indo bukan Mandarin.

Suka kesel sendiri, lebih dari setengah orang asing yang ngomong sama saya di Singapur itu memulai percakapan dengan bahasa Cina. Tampang Cina saya memang menipu. Bukan siapa-siapa yang ditipu sih, karena saya memang Cina tapi berapa kali harus saya jelaskan, saya tidak bisa bahasa Cina.

Maka suatu percakapan tipikal berlangsung seperti ini:

Orang asing: blah blah blah chung chang ching chung ma?
Saya: Oh sorry I don't speak Chinese.
Orang asing: Oh ok. What time is it?
Saya: 3.15pm
Orang asing: Why don't you speak Chinese? Are you Singaporean?
Saya: No.
Orang asing: So where are you from?
Saya: Indonesia.
Orang asing: Ohh, Indonesia (manggut-manggut) Are you Chinese?
Saya: Yeah I am.
Orang asing: How come your parents never teach you how to speak Chinese?
Saya: They also don't know how to speak Chinese.
Orang asing terlihat sedikit kesal, sangat sedih, kasihan, terharu dan prihatin.
Orang asing: So learn how to speak Chinese..!
Saya: (mengangguk-angguk sopan)

Aarrghhh!!!

Sungguh, percakapan itu pernah terjadi dengan seorang tante-tante yang ngantri ATM di belakang saya.

Sungguh, mereka itu susah sekali menerima kalau memang banyak Indonesian Chinese yang tidak bisa ngomong Cina.

Hampir 4 tahun, saya bisa sih menangkap sedikit-sedikit. Gimana nggak, setiap hari ngantri di depan kantin sekolah yang selalu dengan ramahnya siap melayani dan ngajak ngobrol murid-murid Chinese,... dengan bahasa Cina tentu saja. Saya capek kalau tiap hari harus bilang saya tidak bisa ngomong bahasa Cina, lalu mengulang percakapan di atas. Jadi saya sering pura-pura bisa bahasa itu, walopun saya tetap nggak berani ngomong apapun kecuali xie xie (terima kasih).

Penjual makanan: Xiao jie, ni yao shenme? *
Saya: (menyerukan nama makanan dalam bahasa Inggris, seperti fishball noodle atau semacamnya)
Penjual makanan: shenme mian? **
Saya: (menunjuk mie yang saya mau)
Penjual makanan: ni yao la ma? ***
Saya: (mengangguk-angguk antusias)
Penjual makanan: blablablablablablabla ****
Saya: .............

*nona, anda mau apa?
**mie yang mana?
***mau cabe apa tidak?
****obrolan sederhana, seperti: wah hari ini rame banget / sori ya mesti tunggu agak lama / cuaca hari ini cerah ya. Tapi pengetahuan bhs Cina saya terlalu terbatas untuk ini.

(Kalau saya mau bilang 'sorry i don't speak Chinese', apa yang akan terjadi? Jadi biasanya saya cuma senyum-senyum, ambil makanannya, bayar terus langsung kabur. Kadang juga diselamatkan oleh teman yang fasih berbahasa Cina yang mengantri bersama.)

Terus saya juga jadi nggak bisa baca komik. Kesal sekali, Singapur adalah surga komik tapi mengapa, oh, mengapa, semuanya bahasa Cina?? Komik bahasa Inggris sih ada tapi mahalnya minta ampun dan persediaan terbatas sekali... Menyebalkan sekali... Saya ingin bisa bahasa Cina...

Friday, June 03, 2005

balik Indo!!

Ini entry pertama yang ditulis di Pulau Jawa. Libur sekolah kira-kira sudah satu minggu, dan sekarang saya bisa giat nge-blog lagi. Akhirnya saya tiba di Jakarta,... Jakarta, saudara-saudara... Jakarta yang ngampung dekil lugu tapi saya suka (lugu apanya?). Saya ingat kembali asiknya tidur di kamar ber-ac, main-main sama si Brownies anjing saya, dan... nonton tv (sayang acara kartun kesukaan sudah banyak yang hilang... tapi tv tetap rocks!) !!! Saya bahagia, saya senang, saya...

...agak bosen sih. Wah wah, gampang banget orang kehilangan rasa bersyukur... Saya inget pertama kali saya pulang itu suenengnya luar biasa, waktu itu masih Sec3, belum kerasan di Singapur, pokoknya hati saya melompat-lompat kegirangan saat menginjak bumi Indonesia. Belum sampe tahap jatuh berlutut dan mencium ubin Soekarno-Hatta dengan penuh rasa haru, tapi hampir. Tapi sekarang kok sudah tidak lagi... Mau pulang waktu itu juga rasanya biasa saja, yah seneng pasti ada tapi biasa juga.

Setidaknya pulang Indo mengingatkan saya kalau sekali-sekali saya harus:
-Jaga mulut! Semua orang di sini ngerti bahasa Indo.
-Ngantri toilet tepat di depan salah satu pintu biliknya. Kalau tidak kiasu begitu, tidak bakal dapat giliran kencing. Nah untuk hal ini orang sini tidak terkalahkan, lebih kiasu dari orang Singapur.