Thursday, April 27, 2006

tentang lima-limaan

Hoo... ini adalah hal baru dalam blogging.

I've been tagged by my sister, lola-news.


Five minutes to yourself: how would you spend them, ideally?

Sitting on a sofa with lots of plushie to hug, my feet soaked in warm splashing sea water (the sofa won't get spoilt, ideally speaking), the temperature 23-24, somebody massaging my back, while me, eating a hot bowl of indomie rasa kari ayam or soto ayam while reading newest volumes of Bleach mangas, and Mandalay for background music. Oh, and nice scent of jasmine... oh lupa, no need lah, my nose is supposedly already filled with the indomie smell yah..

Five bucks to spend right now; how would you spend it?
$5 = Rp35000. Enough for martabak telur with lots of shallots and rawit chili (dunno exactly how to describe them in English).

Five items in your house you could part with, right now, that you hadn't thought of already?
Spare plastic bags. Ehh... what else.... old magazines (which are not even mine), my old toothbrush, the contents of the garbage bin in my room, and the contents of the garbage bin in the kitchen... (sorry for the lame answers. I get a little touchy when it comes to throwing away stuff. Plus, I just got here so I haven't piled up junk yet)

Five items you absolutely, positively could never part with in your house?
my laptop, my discman, my handphone (and its charger! Please don't include it as the 4th item!!), my new shoes, and my wallet.

Five words you love?
I don't usually love words. But if you insist..... warm, fluffy, milk, kiwi, yogalates (got that from the OC. If such word even exists.) no serious reasons whatsoever.

Five people I tag
Dwee, Cindy, Yeanching, Pat, Vidia. No obligations, no pressure, no fuss. These things are perfectly voluntary.

Sunday, April 23, 2006

credits

Short post only, this time...

Credits to my sister yang tanpa pamrih, template blog ini sudah jauh lebih rapi dan bisa dibilang finished... Hehehehehehe..

Uh... di sini dingin... Padahal masih belum apa-apa, belum winter. Kadang-kadang jadi pingin beli pispot (supaya tidak usah keluar kamar).

Friday, April 21, 2006

nostalgia bahasa cina

Kemauan belajar bahasa Cina saya sudah sangat mengendur, terutama karena di sini tidak ada yang pakai atau peduli apakah saya bisa bicara bahasa itu atau tidak. Lucu juga karena beberapa bulan lalu, semangat saya masih berkobar-kobar.

Memang salah satu cara terjitu belajar bahasa adalah: nekat. Ini pengalaman saya saat beli buah di foodcourt di Singapur, pada kunjungan singkat seminggu saya. Saya telah menghafalkan buku chapter 7: shopping dan merasa percaya diri.

Penjual: Xiao jie, ni yao shen me? *
Saya: Wo yao yi ge papaya, yi ge apple... **(sambil menunjuk2)
Penjual: red haishi green apple? ***
Saya: red.

Penjual mengambilkan pepaya dan apel untuk saya. Saya sangat girang. Saya berhasil berkomunikasi!!! Walaupun campur-campur bahasa Inggris... Tapi...

Penjual: Ni yao blablablablabla ma?
Saya: !!!!!!!!! (vocab yang tidak ada di buku!!! Panik! Panik!) Ha??
Penjual: Ni yao blablablablabla ma?
Saya: (kok diulang doang sihh?) Uh... Pardon? (menahan malu setengah mati)
Penjual: Do you want it cut?
Saya: Uh... yeah... thanks. (mengambil buah, bayar, kabur)

Ternyata? Vocab dari buku tidak ada yang keluar. Contoh di buku saya itu beli susu, bukan beli buah. Pelajaran: jangan bondo nekat doang, nanti malu-maluin.

*nona, anda mau apa?
** saya mau satu potong papaya, satu potong apple...
*** haishi = atau

Thursday, April 20, 2006

ganti template!!

Ahh!!! Akhirnya ganti template yang sudah saya koar-koarkan sejak lama itu berlangsung juga... Jadi lebih bersih, lebih sederhana.... lebih terang benderang... walaupun begitu, ini sebenarnya masih belum terlalu apik...

Saya pingin mengganti tagboard saya menjadi c-box atau shoutbox, yang belum sempat dilakukan..selain itu, masih banyak adjusments lain yang ingin dilakukan... atau masih ada kemungkinan ganti template lagi... entahlah...

Terus... ada yang tahu bagaimana cara menghilangkan sekelumit garis orange yang ada di atas itu? Itu pake background image, jadi mulainya ya dari paling atas...

Tuesday, April 18, 2006

dari bali...

Dari Bali, saya tiba di Sydney dengan perasaan berkecamuk. Agak berbeda dengan perasaan kalau kembali ke Singapura untuk bersekolah (rindu campur dendam, bahagia campur sedih).

Ngantuk, karena tidak tidur nyaman di pesawat, inersia, karena kelamaan di Indonesia, di rumah sejati saya yang tenteram, di mana saya selalu merasa waktu mundur kembali seperti ketika saya masih kecil, sedikit gugup, karena peraturan quarantine yang ketat mengenai makanan-makanan dan obat tradisional yang saya bawa (kok kayak dukun), dan bukan cuma itu, karena saya tiba di kota baru yang asing di mana saya berkemungkinan untuk melewatkan hidup dalam beberapa tahun ke depan, agak kedinginan (saya gadis tropis!), senang akan ketemu older siblings, excited akan suasana baru...

Saat-saat ini sedang fall, suhu udara sekitar 20-an derajat di siang hari, yang berarti enak menjurus ke dingin, tapi agak panas kalau kena sinar matahari. Tapi kalau malam dan pagi suka lebih dingin jadi di bawah 20 derajat.

Astaga!! Ngapain saya bicara tentang cuaca?

Hari ini sebenarnya saya belum terlalu ke mana-mana, paling menyesuaikan diri dengan tempat tinggal baru, keliling sedikit di dekat-dekat daerah tempat tinggal, dan sorenya menggelepar ketiduran karena memang sebelumnya kurang tidur.

Malam ini... saya sama sekali belum ngantuk, apakah karena 'serangan jet' (bahasa Indo dari 'jetlag'! Hilarious, menurut saya! Saya akan mengetiknya lagi. Serangan jet! Serangan jet!) atau karena sudah tidur di sore hari, saya tidak tahu.

Beberapa hal yang saya perhatikan dalam beberapa jam pertama saya di sini:

1. di Kinokuniya di sini, komik-komik bahasa Inggris tidak diseal!! Surga komik!! Sungguh murah hati, saya merasa tersentuh...

2. orang-orang Indo di sini juga sama saja seperti orang Indo di luar negri lainnya... kalau bicara di tempat umum agak-agak kenceng... hehehe..

3. warga setempat berpakaian dengan bermacam ragam. Dari yang tahan dingin dengan singlet atau rok mini, sampai manusia tropis seperti saya yang kehilagan kepercayaan diri kalau tidak pakai jaket di luar rumah.

4. Australia is such a melting pot. Singapur juga lumayan, tapi yang ini lain. Lain sekalidari Singapur rasanya.

Saya tidak tahu cukup banyak di kota baru ini, jadi saya akan berhenti dulu di sini. Saya pingin selimutan.

Wishing all the best for all Singapore JC students who may feel ketar-ketir, was-was, nervous, hopeful, unsure in the midst of our uni application!! Kita bisa!!

bali

Saya suka pantai. Tapi mari membocorkan sedikit aib. Hari-hari kecil, lugu, bodoh dan bahagia saya diwarnai sebuah kesalahan aneh.

Dulu, saya takut sekali sama air laut!! Begitu tercelup air laut sedikit, saya langsung ketakutan kalau-kalau akan diseret ombak ke tengah dan tidak bisa balik lagi. Ada ombak datang, saya malah terbirit-birit menjauh. Saking geramnya kakak saya, saya pernah digendong paksa ketika akan melarikan diri dari laut. Sampai demikian parahnya.

Baru setelah besar sedikit pikiran rasional saya menang. Saya beranikan diri... Dan.. ternyata... ehehehehehehe... enak ya? Main di laut... (kampungan)

Tapi... hari Jumat ini saya ke Bali!! Whoohoo! Kapan terakhir kali saya menginjak PUlau Dewata? Sungguh mengingatkan pada hari-hari tua yang bahagia, ketika saya, kakak-kakak, dan saudara-saudara sepupu masih kecil-kecil.

Setelah 2 tahun took East Coast for granted saat di Singapur, di Bali ada juga kesempatan main air lagi untuk menebus kesalahan masa lalu. Lalu... saya ketemu Vidia, dan kita sempat jalan-jalan. Barang-barang etnik yang murah-murah, pantai, barong dance... sungguh pengalaman yang tiada duanya dan suasananya benar-benar seperti liburan. BUle berseliweran di sana-sini, tidak ada anak-anak les yang bandel.. Wih!

Karena liburan kali ini bertepatan dengan masa Paskah, sebelum kita pergi kita sempat ke gereja hari Jumat Agung, walaupun hanya untuk mengikuti visualisasi jalan salib. Lalu, di Bali, pada hari Minggu Paskah kita juga ke gereja yang ternyata deket sekali sama hotel... Walaupun Paskah saya yang kali ini diwarnai dengan suasana liburan di Bali, but still it was a memorable easter.

Setelah di Bali dua malam, baru saya pergi ke Sydney untuk mengurus university application.

Selamat Paskah buat semua yang merayakan!!

Saturday, April 08, 2006

'berbagi suami'

Cuplikan dialog Pak Haji yang sekarat dengan anak sulungnya, Nadim. (disesuaikan)

Pak Haji: Diim.... Nadiimm..... nantii... kalau kawiinn.........
Nadim: ya? Kenapa bah?
P. Haji: Kalau kawiiinn....... istri.... satu ajaa...
Nadim: Hehehe... Iya bah...
P. Haji: Jangan banyak-banyaaaak.......
Nadim: Idih, satu aja saya belom punya.
P. Haji: Susah ngurusinnyaaa........ Pusiiiinngg....
Nadim: (hehehe... ketawa dalam ati) iya iya... Abah tenang aja...
P. Haji: Diim....
Nadim: Kenapa lagi bah?
P. Haji: Pipiiss....

Beberapa hari lalu saya nonton Berbagi Suami bersama sobat SMP saya Dewi. Jangan salah, ini bukan sinetron kacangan lain, ini adalah karya terbaru sutradara tangguh Nia Dinata yang dari dulu hobi menggebrak dunia perfilman Indonesia dengan film-film keren tak lazim seperti Ca Bau Kan (ucapkan 'bau' dengan cepat seperti bakpau, jangan seperti baa-uu busuk) dan Arisan!.

Berbagi suami, sesuai judulnya, menceritakan tentang kehidupan wanita-wanita yang rela berbagi suami (doh...). Film ini unik, tragis, getir, bikin hati tergores sembilu, bikin ketawa, bikin perasaan berkecamuk, bikin ngeri, bikin jijik, bikin kasihan, bikin kita ckckckck entah berapa ratus kali (pengalaman terakhir begitu adalah saat nonton Closer), pokoknya campur aduk! Well, selain beberapa stereotype norak tentang etnis Tionghoa, film ini sungguh keren.

Yang lainnya, saat melihat Rieke Diah Pitaloka dalam daftar pemain sebelum saya nonton, saya terus terngiang-ngiang Mpok Oneng dari Bajaj Bajuri yang bego, lugu, dan jayus. Sama seperti saya lihat Friends' Rachel di film manapun Jennifer Aniston berada. Ternyata salah besar. Salah. Mpok Oneng entah ilang ke mana, digantikan Bulek Dwi yang perkasa dan petentang-petenteng. Sungguh jagoan! Piawai!

Dan saya pengen ketawa saat noleh ke sekeliling sehabis film selesai: lho, kok semua
penontonnya cewek! Memang bioskop agak-agak sepi karena hari kerja dan masih siang, tapi
tetap saja, agak aneh juga.

Ide poligami digasak abis-abisan, diketawain, dari yang sembunyi-sembunyi, terang-terangan, sampe saking terang-terangannya ada juga yang semua istri hidup rukun damai bersama di satu rumah sempit. Edan. Kalau ada satu pesan: poligami sebaiknya ditumpas dari muka bumi! Begitu juga poliandri (walaupun lebih jarang kali ya)! Aneh tapi nyata, masih ada aja wanita-wanita yang mau saja dimadu. Jadi orang mbok jangan serakah, jangan aneh-aneh.

Dimadu, juga, orang-orang... jangan mau... Miris beneran hati ini liat wanita-wanita
aneh-aneh yang mau aja dimadu.

Tuesday, April 04, 2006

"aduh!!"

Saya sudah bernafas dengan satu lubang hidung seharian. Tidak sulit atau berbahaya memang, tetapi sangat sangat menyebalkan.

Hidung tersumbat! Pilek! Itu, ditambah dengan batuk sedikit dan sakit bulanan, menimbulkan kesebalan yang tiada tara. Ugh!

Jadi, entry hari ini adalah mengenai rasa tidak nyaman.

Pernahkan anda ke dokter gigi? Saya tidak suka perasaan tak berdaya saat berbaring di kursi dokter gigi, buka mulut pasrah, sementara dokter-dokter yang mukanya separuh tidak kelihatan (pakai masker) sibuk sendiri di atas kita. Saya pasti celingak-celinguk resah, lalu saat kebetulan melihat pantulan bagian dalam mulut sendiri melalui lampu bulat mentereng di atas kita, jadi ngeri sendiri melihat mulut babak belur penuh selang-selang aneh. Sakit atau tidak sakit, pasti saya mendapati badan ini terbaring dengan tegang dan sama sekali tidak nyaman, dengan tangan terkatup cemas posisi berdoa.

Tapi, pengalaman saya bulan lalu, ternyata lebih menyeramkan. Bahkan itu bukan dokter gigi. Pengalaman saya itu adalah facial. Terdengar genit dan tidak berbahaya bukan? Salah!! Jadi kesimpulan saya, facial itu lebih gory, lebih torturous, lebih menyakitkan daripada dokter gigi!!

Serius! Saat di ruang tunggu saya memang sama sekali tidak merasa ketakutan, apalagi saya tidak pernah facial secara komplit dan profesional. Ah, pikir saya, paling dipijet-pijet biasa. Saat masuk pun enak-enak saja, ruangan putih ber-ac dingin, berbaring nyaman dan dikasih krim entah ini itu yang rasanya dingin dan enak.

Lalu... Tiba-tiba sebuah alat berdesis panas yang ganas berjalan mendekat ke arah saya. Saya mulai merasa tidak nyaman. Mata pun ditutup dengan kapas dingin. Makin merasa tak berdaya. Uap panas mulai menderu-deru membabi-buta ke muka. Tidakk... saya mikir sambil kelagapan sendiri. Mau bernafas aja susah. Ide facial ini ternyata tidak begitu bagus.

Saya bersyukur kepada Tuhan ketika akhirnya alat uap maksiat itu dijauhkan dari saya.

"Mbak, itu tadi diuapin supaya apa sih?" Saya tanya, masih gelagapan.

"Biar kalau komedo dipencetin nanti nggak sakit."

Oh, begitu,... jadi setidaknya habis ini lebih tidak sakit.

Salah... kesalahan besar. The worst was yet to come.

Beberapa menit kemudian, kata-kata menenagkan tadi terdengar seperti bohong belaka, karena ketika muka saya dipencetin tanpa belas kasihan, sakitnya tidak main-main! Tangan yang terlatih itu memencet-mencet tanpa ampun dan aduuhh... tiap pencetan (rasanya berpuluh-puluh kali) rasanya suakit luar biasa, sampai kedua mata ini berair-air tak henti-hentinya. Uap tadi jadi tidak ada apa-apanya.

Tapi saya masih berusaha gagah dengan menahan diri tidak berteriak, menghindar, atau malahan menyerang mbak tak bersalah yang hanya menjalankan tugas itu. Tapi, lama-lama, saya berpikir, jangan-jangan karena dia kira saya tidak berasa sakit, mencetnya makin ganas. Jadi, mau tidak mau, saya harus mengekspresikan rasa sakit ini. Lalu saya pun pasang aksi "Aduh...!" "Au..." "Aduh!!". Sayangnya tidak ada perubahan, paling-paling ekspresi wajah si mbak jadi lebih apologetic, tapi sisanya sama saja.

Dan saya perhatikan, posisi badan saya jauh lebih tegang daripada kalau di dokter gigi, tangan mengatup berdoa lebih kencang, menahan sakit.

Setidaknya, saat operasi gigi bungsu, sakitnya cuma sedikit dan sebentar saat disuntik mati rasa, setelah itu saya bisa gagah buka mulut tanpa merasakan apa pun selama operasi.

Tapi, kali itu, rasanya sakit itu tidak ada henti-hentinya. Rasanya muka ini sampai mau copot semua. Saya rasanya jadi yakin, kalau Mbak ini dikeroyok penjahat malam-malam, tinggal dia pencet hidungnya, penjahatnya pasti mati kutu.

Akhirnya proses gila itu berakhir juga dengan pemberian suatu serum aneh berbau alkohol yang tadinya dingin, nyaman, lalu akhirnya jadi nyelekit-nyelekit menyakitkan karena muka saya yang babak belur itu.

"Jarang facial ya?" tanya mbaknya. Saya mengangguk-angguk sedih, yang terus dibalas, "Pantesan itu kulit mukanya keras semua, makanya jadi sakit."

Ah!! Seakan-akan itu mampu justify sakit yang tidak karuan dari tadi!

Saya keluar dari ruang facial dengan batin sedikit terguncang.

Heran, wanita-wanita jaman sekarang, demi kecantikan, rela menjalani kesakitan yang aneh-aneh. Beauty dan pain bagaikan dua sisi koin yang tidak seimbang, pain-nya jauh lebih besar, karena, bayangkan, 70 tahun ke depan, semua orang juga jadi peot-peot. Masalahnya, facial itu harusnya suatu rutinitas dan katanya memang perlu, buat siapa saja, nggak wanita, nggak pria.

Lalu, saya lihat, seminggu setelah facial itu, hidung sudah kembali seperti semula (baca: komedo tumbuh subur). Jadi apa gunanya sakit-sakit waktu itu? Bagaikan menggarami air laut. Tapi waktu menggarami kena luka sendiri. Sudah sakit, tidak ada gunanya.

Saturday, April 01, 2006

whoohoo

Sudah sekian lama tidak kembali ke dunia maya. Maaf, selama ini sudah tidak update.... Saya terserang writer's block... Huahahahaha.... (senang karena telah menemukan alasan yang bagus sekali).

Kenapa terserang writer's block? Tentu saja karena otak sudah beku kebanyakan nonton dvd dan tv. Bahkan untuk sambung ke internet saja malasnya luar biasa.


The OC rocks!

Rock Star INXS rocks!
A great change frm all those American idol shows... mwahaa...

Quick updates:

Saya baru selamat dari operasi gigi bungsu ke-empat!! Whee!! Semoga gigi ini akan tumbuh baik2 saja. Bukan. Lebih baik tidak tumbuh sama sekali. Pikiran tentang cabut gigi biasa pun (bukan operasi) tidak menyenangkan. Kenapa? Karena gigi ini tidak punya pasangan di bawahnya (karena pasanngannya sudah dibuang keluar di operasi). Notabene gigi ini, selain tak berguna karena tidak bisa dipakai mengunyah, juga bisa melukai gusi bawah.

Sebentar lagi, tepatnya tanggal 14 April saya ke Bali. Lalu tiga hari kemudian ke Sydney. Untuk mengadu peruntungan dalam pendaftaran uni. Wish me luck!!